Anda diciptakan sama,namun anda diselamatkan untuk menjadi "BERBEDA"

27 March 2009

KEPEMIMPINAN KRISTEN MENURUT TEOLOGI YOHANES

LATAR BELAKANG DAN TUJUAN SURAT YOHANES DAN WAHYU
Injil Yohanes
Tujuan surat ini jelas diberikan pada Yoh 20:30, supaya menghantar pembacanya kepada kepercayaan bahwa Yesus ialah Mesias dan Anak Allah, dan dengan demikian membawa mereka ke dalam pengalaman hidup yang kekal. Hanya Injil Yohanes yang dengan jelas tujuan penulisannya. Tulisan dalam Injil ini bersifat menginjili. Metodenya khas dengan mengemukakan pekerjaan dan perkataan-perkataan Yesus – sedemikian rupa – sehingga juga mengungkapkan kodrat diri-Nya. Penggambaran jati diri tokoh ini sebagai Mesias yang dijanjikan, merujuk kepada target pembacanya adalah orang Yahudi.
Penulis Injil ini menyatakan dirinya sebagai “murid yang dikasihi Yesus” (21:20). Dengan alasan ini diyakini rasul Yohaneslah penulis Injil Yohanes. Injil ini ditulis sekitar 85-95 M.

1 Yohanes
Pengarang buku ini adalah rasul Yohanes. Walaupun dia tidak menyatakan diri sebagai penulis di 1 Yohanes, tapi karena kesamaan kosa kata dan gaya penulisan antara 1 Yohanes dengan Injil Yohanes, banyak yang meyakini bahwa 1 Yohanes ditulis oleh orang yang sama dengan Injil Yohanes.
Surat ini diperkirakan ditulis sekitar 90 M.
Surat ini timbul guna menampik kegiatan guru-guru penyesat yang telah mengundurkan diri dari jemaat dan berusaha menggoda orang-orang percaya (2:18). Mereka perintis dari bidat yang kemudian hari dikenal dengan nama “Gnostik” dan menyatakan bahwa mereka mempunyai ilmu khusus tentang Allah dan teologi. Berdasarkan ajaran baru mereka agaknya mereka menyangkal Yesus adalah Mesias atau Kristus (2:22), Anak Allah (4:15; 5:5,10), yang telah ada sejak semula (1:1), yang sudah datang dalam rupa manusia (4:2; 2 Yoh 7) untuk menyediakan keselamatan bagi manusia (4:9). Guru-guru palsu ini selanjutnya menyatakan bahwa mereka “tidak berdosa” (1:8,10) dan nampaknya mereka tidak membutuhkan kelepasan melalui kematian Yesus Kristus.
Kunci teologi yang dijabarkan dalam surat ini adalah tentang hidup yang kekal, pengenalan akan Allah, dan keberadaan iman. Yohanes mengembangkan ide teologianya dengan gambaran eksplisit yang kontras, seperti : jalan terang dan gelap, anak Allah dan Iblis, kehidupan dan kematian, kasih dan kebencian. Dia mencoba memberikan gambaran yang jelas antara guru yang benar dan guru yang palsu. Dia mendorong orang percaya untuk berpegang pada apa yang mereka sudah dengar pada awalnya, sehingga mereka dapat mempertahankan persekutuan dengan Allah dan kasih sesame umat percaya. Petrus dan Yohanes sama-sama konsetrasi tentang doktrin yang murni di dalam gereja. Dia mendesak mereka untuk memperlihatkan iman percaya mereka pada Kristus, sehingga doktrin yang benar dapat terlihat dari kehidupan yang benar dan kasih mereka satu sama lainnya.

2 Yohanes
2 Yohanes terbit dari seorang “penatua” kepada “ibu terpilih dan anak-anaknya”. Ini khas perlambang untuk menyapa suatu jemaat (bandingkan dengan 1 Petrus 5:13), mungkin maksudnya untuk mempersulit pengusutan jika surat ini jatuh ke tangan lawan. Hal-hal yang melatarbelakangi surat ini sama dengan 1 Yohanes, guru-guru penyesat mengunjungi gereja-gereja dan menyangkan Anak Allah menjadi manusia. Bidat ini menamakan diri Decotism (bhs Inggris). Mereka berpendapat Yesus tidak memiliki tubuh, hanya seperti tubuh, yang menderita dan mati di kayu salib.
Yohanes meminta umat percaya untuk berpegang teguh kepada kebenaran: Yesus Kristus datang sama dengan tubuh manusia biasa. Penyataan ini tampak lima kali do empat ayat pertama surat ini. Yohanes ingin umat percaya menjaga diri dari pengajalan yang salah, cara yang terbaik adalah dengan tetap memegang kebenaran.
Surat ini diperkirakan ditulis pada 90 M.
Pesan dari surat ini sangat jelas yaitu menjaga diri dari pengajalan yang salah, dan memelihara kebenaran. Jangan tahu kebenaran namun tidak dipraktekkan. Mempraktekkan kebenaran namun tidak membela kebenaran. Selalulah berada pada lingkaran kebenaran.
Surat ini adalah kitab terpendek dalam Perjanjian Baru.

3 Yohanes
3 Yohanes adalah surat pribadi (seperti Filemon) dialamatkan kepada Gayus, sahabat penatua itu. Gayus adalah pemimpin suatu jemaat. Dia dipuji karena menjaga kebenaran dan menerapkan kasih terhadap penginjil yang berkeliling melayani Injil dan yang sepenuhnya mengandalkan jemaat-jemaat berkaitan dengan kebutuhan mereka (1-8). Sikap Gayus adalah kebalikan dengan sikap Diotrefes, yang berusaha menjadi pemimpin dari jemaatnya. Sementara itu Diotrefes sangat berambisi menjadi “uskup” gerejanya dan membenci setiap campur tangan dari luar. Kemelut yang sama tentu timbul sementara para rasul berangsur tiada, tapi adalah jelas bahwa Diotrefes tidak mengatasi persoalan secara kristiani. Tindakan Diotrefes ini bertentangan dengan perintah Kristus untuk saling mengasihi satu dengan lainnya. Sang penatua memberi tahu bahwa dia bermaksud datang dan ingin langsung menghadapi Diotrefes secara pribadi bila perlu (9-11). Jadi surat Yohanes ini ditulis sebagai respon atas perebutan yang terjadi pada sebuah gereja lokal. Surat ini memberikan gambaran tentang gereja mula-mula menjelang akhir abad pertama.

Wahyu
Kitab Wahyu adalah kitab terakhir di Perjanjian Baru dan isinya luar biasa. Kitab ini jarang dibaca karena terkenal sulit dipahami. Sebagian besar penyebabnya adalah karena dalam Wahyu berlimpah digunakannya symbol-simbol yang kita tidak menggunakannya, dan yang untuk memahaminya kita tidak lagi memiliki kuncinya. Namun demikian simbol-simbol itu mudah dipahami oleh orang-orang pada zaman itu. Penulis mengharapkan bahwa pembacanya akan memahami kiasannya, dan karena itu menganggap tidak perlu memberikan penjelasan. Wahyu termasuk kelompok susastra yang dikenal sebagai apokaliptik, dan satu-satunya Kitab jenis ini di dalam PB, meskipun Kitab-kitab lainnya mengandung bagian-bagian yang bersifat apokaliptik (umpamanya Mat 24). Wahyu dimulai dengan penglihatan akan Tuhan Yesus yang telah bangkit, yang memberikan amanat kepada 7 gereja. Amanat ini menegur gereja-gereja tersebut perihal kegagalan mereka, dan mendorong mereka berada pada jalan pelayanan Kristen. Wahyu diakhiri dengan penglihatan tentang millennium, tentang langit baru dan bumi baru. Tradisi menegaskan bahwa Yohanes yang menulis kitab Wahyu sama dengan rasul Yohanes.
Kitab Wahyu ditulis ketika gereja perdana mengalami penganiayaan dan kesulitan. Mereka berjuang dengan penderitaan, peperangan rohani, praktek dan doktrin bidat-bidat, dan kelesuan rohani.
Kitab Wahyu diperkirakan ditulis pada 95 M. Kitab ini adalah klimaks dari Alkitab, dan memenuhi apa yang Tuhan mulai di Kejadian.

PESAN-PESAN KEPEMIMPINAN KRISTEN
Injil Yohanes
Tinjauan
Seperti Injil yang lain, kitab Injil ini berfokus pada minggu-minggu terakhir kehidupan Yesus. Kita bisa belajar banyak hal. Kita bisa melihat kekuatan dari seorang pemimpin yang dibesarkan dalam masa-masa sulit. Kita bisa melihat pemimpin yang besar tidak pernah tertekan. Membaca Injil ini kita melihat Yesus tidak hanya sebagai Raja atas segala raja, tapi sebagai Pemimpin dari segala pemimpin, yang memimpin dalam kondisi ditekan, lebih baik dari siapapun sebelum dan sesudahnya.
Allah mencabangkan setiap pemimpin dengan Yesus agar mereka menarik kekuatan dan terpelihara dari Yesus sendiri. Di pasal 15, Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai “pokok” dan kita adalah “carangnya”. Tuhanlah yang menopang dan mengarahkan kita saat kita memimpin. Kita harus selalu tetap tinggal terhubung dengan-Nya. Kita menjadi mampu karena Dia.

Pelajaran Kepemimpinan
Pelajaran 1 : Gambaran Seorang Pemimpin
Dalam pelayanan Yesus yang pendek, memberikan kepada kita gambaran yang penting sekali tentang seorang pemimpin. Berikut ini beberapa gambaran mengenai seorang pemimpin:
1.Ayah dan Anak: hubungan yang hangat dan penuh kasih membuat pemimpin dihargai oleh pengikutnya.
2.Suami dan Istri: Hubungan yang saling menguatkan dan mengikat menunjukkan kepada pemimpin akan pentingnya kasih dan komitmen.
3.Kepala dan Tubuh: Ini memberikan gambaran yang berhubungan dengan penguasaan dan perlindungan, dengan demikian pemimpin adalah sebagai pengarah.
4.Pokok dan Carang: Ini adalah gambaran pemimpin tentang sumber pemelihara. Pemimpin memberikan perbekalan.
5.Raja dan Warga negara: Ini memberikan gambaran mengenai kebijaksanaan dan pengaruh. Pemimpinlah yang memandu orang-orang.
6.Penjunan dan Tanah liat: Ini adalah gambar tentang tanggung jawab dan lepas tangan. Pemimpinlah yang mengembangkan orang-orang.
7.Pengurus kebun anggur dan kebun anggur: Ini adalah gambaran mengenai petani yang memangkas dan memelihara kepunyaannya. Pemimpinlah yang mendisiplinkan orang-orang.
8.Kepala Tentara dan tentara: Ini adalah gambaran mengenai otoritas dan latihan. Pemimpinlah yang menyiapkan senjata guna perjuangan.
9.Pencipta dan ciptaan: Ini adalah gambaran mengenai kekuasaan dan kepatuhan. Pemimpinlah yang memberikan “keturunan”/pengganti dirinya dari orang lain.
10.Nabi dan umat: ini adalah gambaran dari meminyaki dan kekuatan rohani. Pemimpinlah yang membenarkan dan memimpikan.
11.Gembala dan domba: ini adalah gambaran mengenai kehangatan dan kecantikan. Pemimpinlah yang mengarahkan dan melindungi domba-dombanya.
12.Imam dan penyembah: Ini adalah gambaran mengenai ketuhanan dan keintiman rohani. Pemimpin harus menghubungkan orang kepada Allah.
Ketika kita membaca secara keseluruhan kehidupan Yesus dan berdasarkan Perjanjian Baru, kita akan melihat kiasan-kiasan di atas. Para penulis memberikan gambaran yang indah mengenai macam kepemimpinan yang Allah ingin terpenuhi di dalam diri kita.

Pelajaran 2 : Kehambaan
Yohanes 8 memberikan gambaran panjang mengenai dua pertikaian. Dimulai dengan ditemukannya wanita yang berzinah (ayat 1-11), kemudian berpindah menjadi adu pendapat antara Yesus dan ahli Farisi mengenai penghakiman (ayat 12-30). Diakhiri dengan perdebatan pemimpin sinagoge tentang identitas diri Yesus (ayat 48-59).
Pemimpin Yahudi tidak mampu memahami Yesus karena mereka duduk di posisi berkuasa dan takut dipindah. Yesus mengajarkan pemimpin berarti melayani orang lain, berbeda dengan pemimpin Yahudi yang mencari gelar dan posisi terhormat. Yesus mengajarkan pemimpin berarti memberikan haknya, sedangkan pemimpin Yahudi sombong dengan keturunan anak-anak Abraham.
Tidakkah ini kedengaran sama dengan kondisi kepemimpinan kita saat ini ? Orang-orang berjuang mempertahankan tradisi dan aturan-aturan. Beberapa telah menjadi buta akan kebutuhan orang lain dan asyik dengan dirinya sendiri. Pemimpin yang seperti ini berdiri pada posisi kontras dengan pemimpin pelayan yang Yesus contohkan.
Secular Leadership vs Spiritual Leadership
Hal Secular Leadership Spiritual Leadership
Menambah pengaruh Dengan kekuasaan Mengasihi orang
Memiliki kepercayaan Bersaing dan memenangi Bergantung Allah
Memperoleh otoritas Klaim hak dan posisi Melayani
Menumbuhkan organisasi Meminta orang Mengembangkan orang
Visi apa yang mengerakkan Keuntungan sesaat Keuntungan kekal
Apa itu sukses Mengatasi persaingan Menaati Allah
Hati pemimpin Seorang bos Seorang Bapa
Seperti apa gambaran kepemimpinan Anda saat ini ? Ahli farisi atau hamba kah Anda ?

Pelajaran 3 : Hubungan yang Intim dengan Pengikut
Yesus menggambarkan dirinya sebagai Gembala yang baik, seorang Pemimpin yang mengarahkan umat-Nya seperti seorang gembala memimpin dombanya. Gembala adalah lembut, tulus hati, intim, penuh kasih. Mereka mengarahkan, mengkoreksi, melindungi, dan memberi makan. Yohanes mengkontraskan gembala yang baik dengan orang sewaan. Orang sewaan mendapatkan upah dari pekerjaannya, tapi tidak sepenuh hati mengerjakannya. Dia akan berhenti menjaga dombanya ketika tidak ada manfaat lagi yang dia peroleh.
Orang Sewaan Gembala
1. Bekerja demi uang 1. Bekerja dengan kasih
2. Tidak punya hati demi domba 2. Punya hati demi domba
3. Meninggalkan ketika kesulitan datang 3. Berikan dirinya demi domba
4. Tidak setia kepada tuannya 4. Setia melayani tuannya
5. Memberi makan diri sendiri, tidak domba 5. Memberi makan domba
6. Melalaikan dombanya 6. Dengan tulus hati menjaga domba
7. Menggerakkan domba dengan kasar 7. Memimpin domba dengan bijaksana
dan kurang belaskasihan

Surat-surat Yohanes
Tinjauan
Yohanes menulis ketiga surat ini untuk gereja mula-mula, pembahasan yang menyentuh beberapa tema mendasar: mempertahankan kejujuran dan integritas; hidup dalam otoritas sebagai anak Allah; berhubungan dengan orang lain dengan kasih; pendalaman dan pengaplikasian yang benar seperti yang kita katakan dan percaya; dan memegang nilai-nilai awal. Tiga kata kunci yang tertuang dalam surat-surat ini adalah hidup, terang, dan kasih. Ketiga kata ini adalah kualitas Yesus Kristus, sebagai Pemimpin dari pemimpin, yang terwujudkan dari umat-Nya. Kepemimpinan yang efektif mengasihi orang-orangnya dan berhubungan baik dengan mereka. Mereka memberi terang/jalan keluar dalam persoalan dan keputusan yang perlu dibuat. Dan mereka memberi hidup di organisasi melalui keberadaan, keahliaan, dan karakter mereka. Yohanes menjelaskan bahwa Allah adalah Pemimpin yang sejati, yang memiliki hidup, terang, dan kasih. Tuhan menjadi model dimana karakteristik-Nya Dia inginkan berkembang di dalam kita, dan merekalah yang menjadi pemimpin yang baik.
Pelajaran Kepemimpinan
Pelajaran 1 : Memiliki Nilai Kebenaran
Pemimpin harus memiliki nilai kebenaran lebih dari hal yang lain. Dalam surat 1 Yohanes, digambarkan empat kebohongan yang sering kita katakan:
1.Kita katakan kita telah memiliki persekutuan dengan Dia, namun masih berjalan dalam kegelapan (1:6)
2.Kita katakan kita tidak berdosa dan menipu diri kita sendiri (1:8)
3.Kita katakan kita mengenal Dia, tapi tidak memegang perintah-perintah-Nya (2:4)
4.Kita katakan kita ada dalam terang, namun kita membenci saudara-saudari kita yang dalam Kristus (2:9)
Ketika kita berdusta dengan diri kita sendiri, maka kata-kata dan kehidupan kita tidaklah sejalan, dan orang-orang kehilangan rasa percaya pada kepemimpinan kita. Hanya ketika kita berkata hal yang benar, maka orang-orang akan mempercayai kita.
Akan mengalir kekuatan ketika kepercayaan pribadi pemimpin meluruskan nilai-nilai organisasinya. Ketika pemimpin mengikis kemunafikan dan kecurangan dari organisasinya. Yohanes menggunakan kata “benar” lima kali di surat 2 Yohanes untuk menggarisbawahi butuhnya integritas.
Akan diterima beberapa manfaat, ketika kebenaran memimpin sebuah organisasi:
·Saling percaya antar pengikut
·Meminimalkan keruwetan
·Orang merasa bebas untuk terbuka
·Pemimpin memiliki kredibilitas saat berbicara

Pelajaran 2 : Termotivasi oleh Kasih
Dalam Injil Yohanes, rasul Yohanes dikatakan sebagai murid “yang mana Yesus kasihi” (Yoh 13:23).
Yohanes tahu bahwa kasih Yesus kepada Bapa sebagai motivasi Dia untuk melakukan sesuatu dan sering Dia katakan bahwa Dia melakukan segala sesuatu untuk murid-murid-Nya dan orang-orang yang disekitar-Nya. Dia tahu bahwa Yesus, Anak Allah, mengasihi dia, dan dia akui bahwa itulah panggilannya sebagai pemimpin yang dipilih Allah untuk membagikan kasih kepada orang lain.
Inti dari surat 1 Yohanes bertemakan kasih kepada Allah dan kasih seorang dengan yang lainnya. Kasih karena Yesus sudah menyelamatkan kita, kasih jenis inilah yang musti kita demonstrasikan melalui tindakan, dan bukan sekedar di kata-kata saja (1Yoh 3:18).
Pemimpin perlu secara terus-menerus ingatkan diri mereka bahwa Allah adalah kasih, dan oleh karena itu Yesus mewajibkan umat-Nya untuk membagikan kasih-Nya dengan orang lain. Kasih adalah motivasi tertinggi bagi seorang pemimpin untuk berhubungan dengan orang-orangnya. Jika kita tidak mengasihi mereka, jangan coba-coba untuk memimpin mereka. Bagi Yohanes, kasih dan relasi dapat terukur dari kerohaniaan sang pemimpin. Yohanes memanggil para pemimpin untuk kembali ke dasar-dasar :
·Kita harus mengasihi Allah
·Kita harus mengasihi kebenaran
·Kita harus mengasihi panggilan kita
·Kita harus mengasihi orang-orang

Pelajaran 3 : Berinisiatif
Jika 1 Yohanes adalah tentang hidup yang benar di hadapan Tuhan dan 2 Yohanes adlag tentang kebenaran Allah, maka 3 Yohanes adalah tentang cara Allah. Pemimpin melakukan apa yang menjadi hak orang lain, membuat mereka merasa nyaman, memberi perintah dengan percakapan, dan memberi bagi orang lain. Pemimpin janganlah memberi reaksi tapi bertindak. Mereka berjalan terlebih dahulu, inilah bagian dari seorang pemimpin.
Menarik sekali, Yohanes membedakan antara berjalan dahulu (going first) dengan ingin jadi nomor satu (wanting to be first). Dia mengemukakan Diotrefes, “tetapi Diotrefes yang ingin menjadi orang terkemuka di antara mereka” (3 Yoh 9). Diotrefes ingin menjadi nomor satu, tapi tidak berjalan terlebih dahulu melayani orang lain. Pemimpin mengambil inisiatif dalam lingkup:
·Di gaya hidup mereka (ayat 3,4)
·Dengan orang lain, terutama dengan mereka yang belum dikenal (ayat 5,6)
·Dalam tangung jawab (ayat 7,8)
·Dalam melakukan hal yang baik, dengan tindakan bukan reaksi (ayat 11)
·Menjadi contoh buat orang lain (ayat 12)

Kitab Wahyu
Tinjauan
Apa yang kitab nubuat ini katakan mengenai kepemimpinan ? Pertama, kitab ini memberikan tentang visi. Tuhan memberikan Yohanes sebuah visi tentang kejadian akhir jaman. Visi menggerakkan semua pemimpin yang baik. Kedua, kitab ini memberikan tentang kebaikan. Kitab ini seputar pertikaian akhir antara Allah dan si jahat, Allah dan setan. Pemimpin yang baik berjalan terus untuk teguh berdiri dalam kebenaran. Ketiga, kitab ini memberikan tentang kekuatan. Yohanes dan orang kudus yang telah tiada menunjukkan kemauan yang kuat, tenaga, dan pendirian yang teguh. Pemimpin diajarkan untuk memahami bahwa kecerdasan berperan kecil, kesuksesan datang jika ada kemauan untuk berkomitmen dan ketaatan yang radikal. Ahkirnya, buku ini memberikan tentang kemenangan. Tuhanlah pemimpin yang mutlak, tidak demikian dengan setan yang mempunyai pengaruh hanya sementara.

Pelajaran Kepemimpinan
Pelajaran 1 : Visi
Ketika Yohanes menyembah Allah di sebuah pulau yang bernama Patmos, Yesus berbicara kepadanya. Nah ketika dia mendengarkan suara itu, dia melihat sebuah visi (Why 1:12). Di akhir buku ini, dia menjelaskan visi inilah yang menggerakkan dirinya untuk menulis dan mendorong orang-orang.
Visilah yang menggerakkan pemimpin-pemimpin, apalagi ketika mereka percaya bahwa Allahlah sumber visi tersebut. Berikut adalah catatan kualitas visi yang hebat:
1.Bukan ditemukan atau dibuat-buat, tapi dari disingkapkan
2.Bukan untuk bersaing dengan orang lain, namun melengkapi orang lain
3.Memikat hati, bukan karena pilihan. Saya tidak dapat menemukannya dalam pikiran saya sendiri
4.Tujuannya bukan untuk menghasilkan uang, tapi mencukupkan kebutuhan
5.Kesuksesannya bukan bergantung dari lebih depan dari yang lain, tapi bergantung melayani orang lain
6.Tujuannya bukan memuaskan ego saya, tapi memuliakan Allah

Pelajaran 2 : Kesalahan Kepemimpinan
Gereja Efesus memberikan kepada kita cerita klasik tentang pemimpin yang gagal melaksanakan hal prioritas. Pemimpin tidak bisa melulu sibuk, mereka musti sibuk dengan aktivitas yang benar. Mereka tidak hanya melakukan hal yang benar, tapi melakukan dengan benar. Pemimpin di Efesus membiarkan jemaatnya sibuk (2:2,3) dan Allah memuji kerja keras mereka. Namun demikian mereka telah meninggalkan prioritas pertama mereka, untuk mengasihi Allah. Tangan mereka sibuk, kalender mereka penuh jadwal, dan kepala mereka penuh perencanaan – tapi hati mereka kosong.
Apa yang Tuhan katakan demi perbaikan situasi yang mereka alami ? Dalam satu kalimat Dia mengatakan, “Ingat dan bertobatlah”, atau dengan kalimat lain juga dikatakan, “Aku akan kembali dan mengambil kaki dianmu” (2:5). Ini adalah sebuah nasehat yang baik bagi banyak pemimpin yang telah menyimpang dari prioritas utamanya:
1.Refleksi: Berpikir kembali dan ingat akan visi dan tujuan semula
2.Bertobat: Ambil keputusan untuk berubah. Susun mana yang harus dibuang dan diprioritaskan
3.Perbaiki: Mulai untuk memperbaiki satu prioritas utama setiap waktu, setiap minggunya
4.Akuilah: Ingat bahwa Tuhanlah yang memegang kita dengan tangung jawab. Dia menghargai buah-buah perbuatan kita, bukan aktivitas kita.
Yesus juga memberikan dorongan bagi jemaat Smirna yang mengalami tekanan hebat untuk tetap teguh berdiri dan berpegang pada kebenaran. Yesus mengingatkan mereka bahwa Dia akan memberi upah bagi mereka dan kesusahan yang mereka alami tidaklah selamanya. Orang-orang bisa jadi mengalami semangat yang hilang, letih, dan mereka menjadi sangsi dan tidak aman. Mereka membutuhkan pemimpin yang memberi hati dan harapan. Namun kebanyakan pemimpin tidak melakukan hal yang dilakukan oleh Yesus. Ada beberapa persoalan:
1.Mereka tidak peka akan tekanan hidup orang lain
2.Mereka tahu tapi tidak ingin mengurangi kenyamanan mereka, jika mereka membantu
3.Mereka memberikan dorongan sekedarnya, tidak dengan sungguh hati
Rasul Yohanes juga menuliskan pesan Yesus kepada gereja di Sardis, Filadelfia, dan Laodikia. Ketiga kasus gereja ini memberikan gambaran kebenaran bagi pemimpin :
Gereja Kenyataan Langkah Tindakan
1. Sardis 1. Pekerjaan yang hampir mati 1. Bangun dan Bertobatlah
2. Filadelfia 2. Kekuatan kecil tapi kesempatan 2. Jangan pernah menyerag
besar
3. Laodikia 3. Curang : buta dengan kondisi 3. Ubahlah prioritasmu
mereka

Pemimpin harus melihat dari atas untuk apa yang terjadi di organisasinya. Mereka harus melihat untuk tetap membuat orang-orang bergerak ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka harus melawan sifat biasa-biasa saja dan berikanlah langkah-langkah untuk mengkoreksi mereka. Mereka harus tidak boleh pernah merasa puas dengan status quo.

Pelajaran 3 : Pemimpin Pemenang
Jika kita membaca Wahyu hingga akhir, maka kita akan melihat bagaimana rasul Yohanes dengan terengah-engah menggambarkan kondisi Kota Suci, dengan kristalnya yang berkilauan, jalan-jalannya yang terbuat dari emas murni, dan pepohonannya yang baik sekali.
Kristus sudah mempraktekkan Hukum Kemenangan di akhir jaman nanti, memberikan jalan bagi umat-Nya untuk hidup berkemenangan. Dia membagikan kemenangan-Nya, seperti orang kaya yang membagikan warisan kepada keturunannya. Ini adalah sebuah penghiburan yang sangat menguatkan, perayaan yang besar, dan keyakinan yang besar atas kemenangan. Di kitab akhir dari Alkitab ini menunjukkan kepada para Pemimpin Pemenang sebagai berikut:
1.Saksi yang setia (Why 1:5)
2.Pertama bangkit dari kematian (1:5)
3.Berkuasa atas para raja (1:5)
4.Alfa dan Omega (1:8)
5.Singa dari suku Yehuda (5:5)
6.Tunas Daud (5:5)
7.Anak Domba (17:14)
8.Firman Allah (19:13)
9.Raja segala raja (19:16)
10.Tuhan segala tuhan (19:16)

KESIMPULAN
Injil Yohanes, Surat-surat Yohanes, dan Kitab Wahyu memberikan pengajaran yang berlimpah bagi setiap pemimpin-pemimpin Kristen yang ingin memahami kepemimpinan yang kekal.
Dimulai dari Injil Yohanes yang menunjukkan kepada kita model kepemimpinan Yesus, sebagai Pemimpin yang melayani. Hal ini berarti menentang kepemimpinan model otoriter, ambisius, dan haus akan kekuasaan.
Surat-surat Yohanes menunjukkan bahwa pemimpin haruslah bertindak benar. Hal ini berarti menentang bentuk kepemimpinan yang hanya hebat di perkataan, komunikasi dan pencitraan, juga pemimpin yang kompromistis dengan kebenaran, cari aman dan takut kehilangan jabatan.
Kitab Wahyu meningatkan akan kita kepada Pemimpin Pemenang, yaitu Yesus Kristus. Dengan demikian pemimpin palsu, pemimpin yang tidak sesuai dengan cara Allah, pemimpin yang menantang Allah, akan menuai; kekalahan, rasa malu, dan penyesalan yang kekal. Mereka ini adalah pemimpin-pemimpin yang dimodelkan seperti Iman kepala, orang Farisi, Pilatus, Diotrefes, Setan.
Saya percaya, jika masing-masing pemimpin Kristen memahami kebenaran dari kelima kitab yang ditulis oleh rasul Yohanes ini, maka tidak akan ada:
·Perpecahan gereja karena hal kekuasaan
·Pemimpin gereja yang tidak disukai jemaatnya
·Pemimpin gereja yang lebih mementingkan program dan acara gereja melebihi jemaatnya
·Pemimpin yang berupaya memperkuat posisi jabatannya
·Hamba Tuhan yang hanya pintar berkhotbah, tidak nyata di dalam kehidupan sehari-harinya
·Menutup mata akan keadilan dan kebenaran karena pemimpin gereja takut kepada segelintir orang
Menurut catatan sejarah gereja, berikut keberhasilan rasul Yohanes selama akhir hidupnya:
Yohanes meninggal dunia direbus atau lebih tepatnya digoreng di dalam bak minyak mendidih di Roma, tetapi karena Tuhan masih ingin memakai Yohanes lebih jauh, maka keajaiban terjadi sehingga walaupun ia telah digoreng hidup-hidup ia bisa hidup terus. Tetapi akhirnya ia dibuang dan diasingkan ke pulau Patmos untuk kerja paksa di tambang batubara disana. Pada saat ia berada di sana, ia mendapatkan wahyu sehingga ia bisa menulis Kitab Wahyu. Kemudian ia dibebaskan dan akhirnya kembali dan menjadi Uskup di Edessa (Turki). Ia adalah satu-satunya Rasul yang bisa mencapai usia lanjut dan bisa meninggal dunia dengan tenang.

Melalui kisah di atas, rasul Yohanes sudah menjalankan apa yang dia katakan (walk his talk). Bagaimana dengan Anda ?

DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
Compact Bible Commentary, Earl Radmacher, Ron Allen & H. Wayne House
Chapter by Chapter Bible Commentary, Warren W. Wiersbe
The Maxwell Leadership Bible, John C. Maxwell
http://sabdaweb.sabda.org
http://count27bless.wordpress.com

4 comments:

Unknown said...

Mengejutkan.

Unknown said...

Mengejutkan.

Unknown said...

Membantu sekali.
judul bukunya apa?di tulis dimana,diterbitkan oleh siapa?

Unknown said...

Membantu sekali.
judul bukunya apa?di tulis dimana,diterbitkan oleh siapa?