Anda diciptakan sama,namun anda diselamatkan untuk menjadi "BERBEDA"

27 March 2009

ALKITAB SEBAGAI FIRMAN ALLAH

I.Problematika Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Tantangan iman Kristen tidak hanya adanya penyangkalan Yesus adalah Tuhan yang bisa menyelamatkan umat manusia dari dosa. Namun juga kebenaran dari Alkitab yang kita percayaipun diragukan.
Berikut ini beberapa contoh kutipan pernyataan kekeliruan Alkitab dari sisi naskah asli dan proses penerjemahan :
“Pada tahun 1707, John Mill, mengumpulkan sekitar 100 manuskrip Perjanjian Baru berbahasa Yunani dari berbagai wilayah. Dari hasil kerja kerasnya selama 30 tahun, para pembaca akan terkaget-kaget melihat sedikitnya 30.000 perbedaan yang telah Mill temukan.”
“Pada tahun 1689, Richard Simon menerbitkan hasil studinya atas tradisi naskah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam buku berjudul Sejarah Kritik Naskah Perjanjian Baru, yang antara lain menyatakan: apakah mungkin... kalau Allah memberikan kepada umat-Nya buku-buku sebagai Aturan untuk melayani Dia, tetapi Dia pada saat yang sama membiarkan naskah yang pertama dan asli dari buku-buku itu hilang sejak awal berdirinya Agama Kristen ?”
Selain itu penulisan Perjanjian Baru yang ada selang waktu yang cukup lama setelah kenaikan Yesus Kristus, membuat banyak pihak yang skeptis akan keakuratannya :
“Injil yang paling duluan ditulis itu Injil Markus yakni ditulis sekitar tahun 70an Masehi sedangkan Yesus meninggal sekitar tahun 30an.
Pertanyaannya: Apakah isi Injil tersebut 100% sama dengan apa yang dikatakan Yesus ?”
“Injil ditulis oleh orang-orang yang bahkan tidak pernah berjumpa langsung dengan Yesus. Bahkan Paulus yang sempat hidup pada zaman Yesus hidup ternyata tidak pernah bertemu Yesus langsung. Selagi Yesus masih hidup, Paulus sering mengejar-ngejar dan menyiksa pengikut Yesus. Ketika Yesus sudah meninggal, Paulus mengaku bertemu dengan Yesus, dalam perjalanannya ke Damsyik, yang memanggilnya dari langit dan menyuruh Paulus bertobat.”
“Injil yang kita punyai sekarang adalah bukan Injil yang asli dibuat pertamakali oleh penulisnya, tapi hanya berupa salinannya.. Salinan tertua diperkirakan dibuat pada tahun 200an.
Siapa yang berani menjamin keasliannya dalam jarak yang panjang seperti itu.”
“Jika kita membaca isi Injil, maka jelas ada perkataan-perkataan yang dibuat oleh penulisnya.”
Alkitab juga diragukan kebenarannya, karena banyak ayat yang saling kontradiksi, seperti :
“Bencana yang menimpa Israel akibat penyembahan Baal dan Peor telah membunuh 24.000 orang menurut Musa. Tetapi Paulus mencatat hanya 23.000 orang dalam 1 Korintus 10:8”
“Di dalam Matius 27:9-10, Matius menyebutnya dari Yeremia, padahal bagian utama dari kutipan itu diambil dari Za. 11:12-13.”
Dan serangan terhadap kebenaran Injil, khususnya ayat-ayat yang menyatakan Yesus sebagai Tuhan diragukan kebenarannya :


Pertentangan 1
a.Matius, fasal 3 ayat 17 “Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.’”
b.Matius, fasal 5 ayat 9 “Berbahagialah orang yang membawa damai, kerana mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Ayat di atas bertentangan kerana yang disebut anak Allah tidak hanya Yesus tetapi semua orang yang mendamaikan manusia.
Pertentangan 2
a.Yohanes, fasal 14 ayat 9 “Barangsiapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa” dan ayat 10, “tidak percayakah engkau, bahwa aku ini di dalam Bapa, dan Bapa pun di dalam Aku? Segala perkataan yang Aku ini katakan kepadamu, bukanlah Aku katakan dengan kehendak sendiri, melainkan Bapa itu yang tinggal dalam Aku. Ia mengadakan segala perbuatan itu.”
b.Yohanes, fasal 17 ayat 23 “Aku di dalam mereka itu, dan Engkau di dalam Aku; supaya mereka itu sempurna di dalam persekutuan.”
Kata “mereka” di ayat 23 adalah sahabat Yesus. Sedangkan yang dimaksud ‘dengan aku’ ialah Yesus. Jadi frasa ‘Aku bersama mereka’ artinya Yesus beserta sahabat-sahabatnya. Jadi Tuhan itu berserta Yesus dan para sahabatnya. Kalau umat Kristian percaya hal kesatuan Yesus dengan Bapa, maka umat Kristian pun harus percaya hal kesatuan Bapa itu dengan semua sahabat Yesus yang berjumlah 12 orang. Jadi bukan Yesus dan Roh Suci saja yang menjadi satu dengan Tuhan, melainkan harus ditambah 12 orang lagi. Ini namanya persatuan Tuhan atau Tuhan persatuan, dan bukan hanya Tri-Tunggal, tetapi 15 Tunggal. Jadi mana yang benar? Tiga menjadi Tunggal atau 15 menjadi Tunggal?
Bagaimana mungkin Alkitab tidak bisa salah, jika yang menulis adalah manusia ?
II.Kebenaran dari Problematika Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Penyataan Allah
Allah menyatakan diri-Nya melalui kemampuan alamiah yang dimiliki oleh manusia. Dan perwujudan yang tertulis dari penyataan Allah adalah Alkitab. Menurut Henry C. Thiessen ada beberapa alasan untuk percaya Alkitab adalah penyataan Allah :
1.Alasan Apriori
Allah berkenan menolong manusia yang telah jatuh di dalam dosa. Manusia memerlukan petunjuk-petunjuk yang tidak mungkin salah mengenai masalah yang paling penting dalam hidup ini, yaitu kesejahteraan kekal. Dengan sifat-sifat yang dimiliki Allah, Dia mampu menyatakan diri-Nya melalui tulisan agar manusia mengalami keselamatan.
2.Alasan Analogi
Seperti sarana komunikasi yang diperlukan antara pribadi-pribadi, Allah menggunakan Alkitab guna terjalin komunikasi inteligensi dengan manusia. Dan karena Allah penuh panjang sabar dan baik, maka Allah betul-betul mau menyatakan diri-Nya agar manusia bisa ditolong.
3.Alasan Kenyataan Alkitab Tidak Bisa Dimusnahkan
Banyak pihak, baik negara Romawi maupun peraturan-peraturan kegerejaan, berusaha memusnahkan Alkitab. Makin luas usaha memusnahkan Alkitab, makin luas Alkitab tersebar. Namun Alkitab menunjukkan wibawa adikodratinya, dan dewasa ini sudah dibaca oleh berjuta-juta orang di seluruh dunia. Kenyataan bahwa Alkitab tidak dapat dimusnahkan menandaskan bahwa Alkitab merupakan wujud suatu penyataan ilahi.
4.Alasan Sifat Alkitab
Alkitab adalah wujud penyataan Allah bisa terlihat dari isi dan kesatuannya. Alkitab berisi kejatuhan manusia dari dosa, hukuman kekal, menganggungkan sifat-sifat Allah, ketritunggalan Allah, dan Allah menyediakan keselamatan bagi orang berdosa, dan lain-lain. Pastilah kitab ini ditulis oleh Allah yang Maha Kuasa. Juga perhatikan kesatuan Alkitab. Walau ditulis sekitar empat penulis berbeda selama rentang waktu 1.600 tahun, amanatnya satu. Dengan kisah dan ajaran yang tidak saling bertentangan namun saling melengkapi. Hal ini bisa demikian karena Allah yang mengilhami seluruh Alkitab.
5.Alasan Pengaruh Alkitab
Alkitab sangat mempengaruhi terciptanya karya-karya yang indah, undang-undang dasar berbagai negara. Bukan hanya itu, pengaruh Alkitab telah mengubah dan membaharui berjuta-juta orang.
6.Alasan Nubut yang Digenapi
Nubuat yang digenapi menunjukkan bahwa para penulis nubuat-nubuat dalam Alkitab memiliki sejenis pengetahuan yang bersifat adikodrati. Siapa yang mampu meramalkan dan melihat hal-hal yang jauh sebelum semua peristiwa itu sendiri terjadi ? Semua ini membuktikan lagi bahwa Alkitab adalah wujud penyataan Allah.
7.Tuntutan Alkitab Sendiri
Alkitab tidak hanya menegaskan bahwa dirinya merupakan penyataan dari Allah, tetapi juga bahwa dirinya merupakan rekaman yang mutlak sempurna dari penyataan ilahi. Dalam Pentateukh kita sering menemukan kalimat yang berbunyi, “Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, demikian…” (Kel 14:1; Imamat 4:1). Paulus menegaskan bahwa apa yang dituliskannya itu merupakan perintah Tuhan sendiri (1 Kor 14:37).
Kedudukan Alkitab dalam Penyataan Allah harus dilihat dari 2 segi, yaitu :
1.Sebagai kesaksian tentang Penyataan Allah yang intinya berisi tentang sejarah penebusan-Nya dan bermaksud menyediakan keselamatan.
2.Sebagai wujud Penyataan Allah itu sendiri melalui kata-kata (yang tertulis) yang mengartikan tindakan-tindakan Allah. Keduanya perlu untuk keselamatan tetapi dengan cara yang berbeda dengan maksud untuk menyediakan pengetahuan yang tepat dan lengkap mengenai keselamatan itu.
Jadi proses inskripturasi sangat diperlukan untuk menghindari bahaya pengrusakan atau perubahan isi penyataan itu oleh manusia, kelemahan ingatan manusia untuk menyimpan Firman Allah itu dan kebutuhan gereja di segala abad. Kata-kata Pinnock merupakan kesimpulan yang tepat mengenai kedudukan Alkitab dalam penyataan Allah yaitu : "The Bible is the witness to and graphical residue of the divine act-word event, the locus in which God's revealing activity now takes place. It represents both the culmination of revelation and its primary product"

Pengilhaman
Pengilhaman bukanlah ajaran yang dipaksakan oleh para teolog terhadap Alkitab. Tetapi merupakan ajaran Alkitab sendiri.
2 Tim 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran.
Kata “tulisan” ini aslinya ditulis dalam bahasa Yunani yaitu graphe. Dalam Perjanjian Baru tertulis 50 kali dan selalu menunjuk kepada bagian Alkitab. Kesimpulannya bahwa segenap Alkitab datang dari Allah untuk menunjukkan kepada kita bagaimana kita hidup.
2 Pet 1:21 sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh
dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
Ayat ini memberitahukan dengan jelas bagaimana Allah memakai penulis manusiawi untuk menghasilkan Alkitab. Roh Kuduslah yang mendorong dan mengangkat mereka. Alkitab bukanlah atas dasar inisiatif manusia. Kesimpulannya bahwa Allah memakai manusia dan memberikan kepada kita sebuah kitab yang seluruhnya benar.
1Kor 2:13 Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang
mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan
yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.
Di sini Paulus menyatakan bahwa wahyu Allah datang kepada kita dalam kata-kata. Hal ini membantah yang menyatakan bahwa pengilhaman hanya berhubungan dengan pikiran yang Allah ingin kita mengetahuinya, tetapi tidak menyangkut kata-kata bagaimana pikiran itu dinyatakan. Kesimpulannya bahwa kata-kata yang dipakai dalam Alkitab adalah diilhami.
Definisi pengilhaman yang tepat haruslah dibuat berdasarkan data Alkitab mengenai masalah ini seperti yang diuraikan di atas. Kerangka sederhana dari definisinya adalah : Allah memimpin para penulis sehingga mereka menuliskan pesan-Nya dalam Alkitab.
Definisi yang lebih berisi adalah demikian : Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab itu menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesan-Nya kepada manusia dalam bentuk kata-kata pada penilisan aslinya.
Kata inspirasi juga berkaitan dengan proses, dimana Roh Kudus membimbing penulisan Firman Tuhan. Tetapi yang pasti inspirasi tidak berarti bahwa Allah mendikte pesan-pesannya pada mereka yang menulis Alkitab. Apa yang terjadi adalah Roh Kudus mengkomunikasikan Firman Allah kepada penulis manusia.

Iluminasi
Iluminasi berbicara tentang pertolongan Roh Kudus di dalam membantu kita untuk mengerti dan mengaplikasikan Firman Tuhan (Yoh 16:13-15; 1 Kor 2:9-16; 2 Pet 1:21). Iluminasi tidak sama dengan wahyu, karena kanon sudah ditutup. Roh Kudus menerangi arti kanon yang sudah ditutup itu, dan Dia melakukannya melalui studi dan renungan.
BAGAIMANA PERANAN ROH KUDUS DALAM ILUMINASI:
1.ROH KUDUS SEBAGAI GURU
Yesus berjanji bahwa Roh Kuduslah yang akan memimpin kita kepada segala kebenaran (Yoh 16:13). Ialah yang memberi penerangan batin ketika kita dengan rindu dan haus merenungkan kebenaran di dalam Alkitab.
2.ROH KUDUS MEMBANTU KITA MEMAHAMI BAGIAN-BAGIAN ALKITAB YANG SUKAR
Harus diakui bahwa ada bagian-bagian di dalam Alkitab yang sukar dipahami. Hal itu mungkin terjadi karena: waktu penulisan yang sudah lama, latar belakang yang berbeda, bahasa dan budaya yang berlainan, dll. Roh Kuduslah yang akan menyatakan arti (makna) bagian-bagian tersebut jika kita meminta kepada-Nya. Bila kita melihat ada
3.ROH KUDUS MEMBERI KEKUATAN AGAR KITA MENJADI PELAKU FIRMAN
Bagian terpenting dari pemahaman kita terhadap Alkitab adalah MELAKUKANNYA. Kebenaran Alkitab tidak dimaksudkan untuk memenuhi kepala tetapi hati. Pemahaman, sedalam apapun, akan menjadi sia-sia tanpa diaplikasikan.
Iluminasi bukan hanya menyangkut pengertian fakta-fakta tetapi dengan penggunaan fakta-fakta itu untuk meningkatkan keserupaan dengan Kristus.

Interpretasi
Alkitab juga ditulis oleh manusia. Alkitab perlu interpretasi justru karena penulis-penulis manusia dilibatkan, dan bahasa manusia sudah pasti terbatas dalam menyampaikan makna. Bahasa, bagaimana pun jelasnya, tidak dapat menjelaskan hal-hal di balik bahasa itu sendiri. Salah satu perbincangan yang sangat mengasyikkan dan menantang dalam studi Alkitab masa kini adalah interpretasi atau hermeneutika. Menurut Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, editor dalam buku ini, hermeneutika tidak hanya menyita perhatian para ahli saja, tetapi juga menimbulkan kebingungan terhadap publik pada umummya. Alkitab merupakan suatu karya sastra, suatu bentuk komunikasi yang disusun berdasarkan: pengirim atau pengarang; pesan atau teks; penerima atau pembaca.
Sepanjang abad-abad pertama kekristenan, perhatian utama kebanyakan interpretasi adalah pada pesan. Saat itu, tugas interpretasi adalah menerjemahkan pesan ke dalam dunia baru atau dunia makna. Pada abad Pertengahan dikembangkan menjadi empat cara interpretasi yang hingga saat ini masih berpengaruh.
Cara-cara tersebut adalah cara sastrawi, alegoris, moral, dan eskatologis. Di antara keempat cara ini, hanya makna elegoris dari tekslah yang sangat populer, kerena Alkitab memperoleh interpretasi yang tak terkira banyaknya. Menurut pendekatan ini, teks benar-benar bermaksud mengatakan sesuatu yang lain dari apa yang diungkapkan secara harfiah (sastra). Isinya ialah bahwa makna mistik lebih dalam tersembunyi di balik kata-kata. Misalnya, kisah Maria dari Betania yang mendengarkan Yesus, sementara Marta mempersiapkan makanan secara alegoris ditafsirkan bahwa kehidupan kontemplatif yang dilambangkan oleh Maria adalah panggilan lebih luhur daripada kehidupan aktif yang dilambangkan Marta.
Berikut prinsip-prinsip Hermeneutik yang wajar :
1.Tafsirkan secara tata bahasa.
2.Tafsirkan menurut konteksnya
3.Bandingkan nats yang satu dengan nats yang lain dalam Alkitab
4.Pewahyuan diberikan secara progresif

Inneracy
Inspirasi membawa implikasi bahwa Alkitab tidak menyesatkan dan dapat dipercaya sepenuhnya (infallible) dan tidak mengandung kekeliruan atau kesalahan (inerrant). Walaupun infallibility dan inerrancy bukannya istilah Alkitabiah akan tetapi maksudnya adalah alkitabiah. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Alkitab infallible tetapi tidak inerrant karena mereka melihat adanya berbagai kekeliruan dalam Alkitab yang menyangkut sejarah, geografi, biologi atau kosmologi. Namun kedua-duanya baik infallibility maupun inerrancy Alkitab harus ditekankan jika kita berpegang pada fakta bahwa Allah adalah Pengarang Alkitab sesuai dengan uraian tentang theopneustos di atas.
Istilalah "innerancy" sendiri adalah sebuah kata yang relatif muda dalam bahasa Inggris. Awalnya berasal dari kata "Inneranheia' sebagai bentuk partisip dari kata benda. "inerro". Secara etimologis inerrancy didefinisikan sebagai kualitas atau kondisi dari kebenaran yang tanpa salah, bebas dari kesalahan. Sedangkan inerrant berarti tidak berbuat kesalahan.
Sebaliknya istilah "errant" berarti tindakan atau keadaan yang salah dalam pandangan; sesuatu yang dilakukan secara tidak tepat karena ketidaktahuan atau karena tidak hati-hati.
Jadi ineransi adalah suatu keyakinan bahwa Alkitab secara keseluruhan (PL & PB) adalah Firman Allah yang tertulis dan tanpa salah. Berarti bahwa Alkitab harus dipahami dan ditafsirkan dari sudut pandang latar belakang kebudayaan dan komunikasi yang ada pada waktu penulisannya. Kepercayaan terhadap Alkitab yang ineran adalah kepercayaan yang rasional. Hal itu sebenarnya sudah merupakan suatu tradisi kristen yang konstan bahkan sudah merupakan sebuah ajaran yang sudah umum dikenal oleh seluruh penulis Kristen mula-mula. Mereka percaya bahwa apa yang tertulis dalam Alkitab adalah karya inspirasi Allah sehingga Alkitab dapat diandalkan dan ineran adanya.
Keyakinan terhadap ineransi adalah keyakinan terhadap pribadi Allah yang sifat-Nya adalah kebenaran dan perkataan-Nya tidak mungkin keliru, palsu, menipu atau menyesatkan namun tentunya mampu mengkomunikasikan Firman-Nya dengan tepat sekalipun melalui manusia-manusia pilihan-Nya yang terbatas.
Inilah landasan keyakinan terhadap ineransi. Hal ini berarti bahwa orang yang menyingkirkan ajaran tentang ineransi dari Alkitab sama saja menyingkirkan "raison d'etre" (alasan bagi eksistensi) Alkitab and konsistensinya pekerjaan Allah.
Pengajaran mengenai ketidaksalahan merupakan unsur dasar dari kewibawaan Alkitab dan sesuatu yang diperlukan bagi gereja Kristus yang sehat, dalam suatu usaha memenangkan gereja kembali kepada posisi sejarah. Berkaitan dengan perbedaan antara naskah-naskah asli dan salinan-salinan untuk menggambarkan kesalahan-kesalahannya, Jhon D. Woodbridge dan Randall Balmer mengutip pernyataan dari Charles Hodge dalam tulisannya sebagai berikut :
The autographs appear to have perished early and the copies which were taken, become more or less subject to those errors, which arise from the mistakes of transcribers. The false correction of commentators and critics,
from marginal notes and from other sources (dalam Carson, 1983:266).
Dengan demikian ketaksalahan Alkitab yang dimaksudkan adalah ketaksalahan
pada naskah-naskah asli (original authographs) dan bukan pada naskah salinan
atau versi-versi terjemahan Alkitab.
Selain itu, kita juga bisa menerima ketidakkeliruan Alkitab karena Yesus sendiri mengakui kebenaran Alkitab. Berikut beberapa bukti dari Yesus akan ketidakkeliruan Alkitab. Matius 4:1-11, Yesus menerima pengilhaman sepenuhnya dari Alkitab, dengan menjawab bahwa manusia hidup oleh setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. Saat pencobaan kedua, Yesus mengutip atau memegang janji Mzm 91:11-12 bahwa para malaikat Allah akan menjaga-Nya. Yesus juga selalu menjawab, “ada tertulis”, Dia tidak berkata, “Alkitab bersaksi”. Dia percaya kepada pernyataan Alkitab mengenai penyapai kebenaran di dalamnya dan mengenai diri-Nya dan menyampaikannya dengan teliti.
Bukti lain adalah penggunaan peristiwa sejarah dalam Perjanjian Lama dengan cara meyakinkan bahwa Dia sepenuhnya percaya sebagai sejarah yang faktual. Dia mengakui bahwa Adam dan Hawa adalah dua manusia yang benar-benar hidup, bukan hanya lambang manusia laki-laki dan wanita (Mat 19:3-5;Mark 10:6-8). Dia membenarkan kisah-kisah yang berhubungan dengan air bah pada zaman Nuh (Mat. 24:38-39;Luk 17:28-29). Dia mengesahkan atau membenarkan penghancuran Sodom oleh Allah dan historisitas Lot dan istrinya (Mat 10:15; Luk 17:28-29). Dan masih banyak pengesahan Perjanjian Lama yang dikatakan oleh Yesus sendiri.
Penegasan langsung juga dikatakan Yesus di Matius 5:17-18, “Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Apakah yang sudah kita pelajari dari sikap Tuhan terhadap Alkitab ? (1) Ejaan kata-kata dapat dipercaya sepenuhnya dan tidak satu janji pun akan digenapi dengan cara lain dari tereja dalam Alkitab. (2) Satu-satunya cara Alkitab kehilangan wibawanya kalau mengandung kekeliruan, tetapi Kristus mengajarkan bahwa Alkitab tidak bisa dibatalkan. Demikian Dia mempercayai sebagai tanpa kekeliruan. (3) Tuhan menyusun argumen yang rumit atas kata demi kata dan bahkan keterangan waktu dari kata kerjanya.

Kanon Alkitab (Bibiology)
Sebuah kitab disebut otentik bila mengisahkan fakta-fakta sesuai dengan apa yang terjadi. Kitab itu dikatakan tidak otentik lagi bila naskahnya telah mengalami perubahan dalam cara apa pun juga.
Kredibilitas kitab-kitab Perjanjian Lama ditetapkan oleh kedua kenyataan besar :
1.Bukti berdasarkan pengakuan Kristus terhadap Perjanjian Lama
2.Bukti berdasarkan sejarah dan arkeologi
Kredibilitas kitab-kitab Perjanjian Baru dapat ditetapkan oleh empat fakta besar :
1.Para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru adalah orang-orang yang mengetahui betul apa yang ditulisnya.
2.Para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru adalah orang-orang yang jujur.
3.Tulisan mereka saling melengkapi.
4.Isi kitab-kitab Perjanjian Baru cocok dengan sejarah dan pengalaman.
Istilah kanon berasal dari kata Yunani kanon. Artinya, pertama-tama, sebuah tongkat; kemudian menjadi berarti tongkat pengukur; dan akhirnya menjadi tolok ukur atau patokan. Kedua, kanon juga berarti keputusan berwibawa dari sebuah dewan gereja; dan ketiga, bila dikaitkan dengan Alkitab, kanon berarti kitab-kitab yang telah diselidiki, dan dinyatakan memenuhi syarat, serta diakui sebagai diilhamkan oleh Allah sendiri.
Pembagian kitab-kitab Perjanjian Lama menjadi tiga kelompok. Taurat, nabi-nabi, dan Ketubim. Kitab-kitab Pentateukh dikumpulkan di bagian permulaan Alkitab karena diyakini bahwa kitab-kitab tersebut ditulis oleh Musa. Dalam kelompok kitab para nabi diterima hanya kitab-kitab yang diyakini telah ditulis oleh orang yang bertugas penuh sebagai nabi. Kitab Ketubim dibagi menjadi kitab-kitab puisi: Mazmur, Amsal, dan Ayub. Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah, dan Ester disebut Megilot karena dibacakan pada saat perayaan-perayaan Yahudi seperti Paskah dan Pentakosta. Kitab Daniel, Ezra, Nehemia, dan Tawarikh digolongkan sebagai kitab-kitab sejarah yang bukan nubuat. Kitab Amos digolongkan bersama kitab nabi-nabi yang kemudian.
Pembentukan kanon Perjanjian Baru berdasarkan ajaran yang sesuai dengan ajaran para rasul. Penulis kitab haruslah seorang rasul Kristus atau harus memiliki hubungan sedemikian rupa dengan seorang rasul sehingga kitabnya dapat dianggap setingkat dengan buah pena seorang rasul. Faktor lainnya dalam menentukan pilihan ialah kecocokan untuk dibaca di depan umum. Dan faktor yang ketiga ialah keuniversalannya. Adalah kitab itu diterima sebagai kitab secara umum oleh masyarakat Kristen ? Lagi pula kitab itu haruslah memiliki sifat rohani sedemikian yang membuatnya dapat diterima dalam kanon. Akhirnya, kitab itu harus menunjukkan tanda-tanda telah diilhami oleh Roh Kudus.

III.Konsekuensi dari Kebenaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru bagi Umat Manusia
Iman yang sejati hanya dapat dibangun di atas landasan firman Tuhan (Alkitab)
Tuhan Yesus pernah menceritakan perumpamaan tentang Lazarus dan orang kaya (Lukas 16:19-31). Dalam bagian terakhir dari perumpamaan tersebut si orang kaya mengatakan, "Kalau ada orang yang bangkit dari kematian, pastilah saudara-saudaraku akan bertobat." Untuk pernyataan tersebut Abraham menjawab, "Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi (firman yang tertulis) mereka tidak juga akan mau diyakinkan sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
Iman hanya dapat dibangun di atas landasan firman Allah yang tertulis. Kalau manusia tidak dapat mempercayai firman yang tertulis mereka sudah pasti tidak akan percaya meskipun melihat orang mati bangkit dari kematian. Ini betul-betul merupakan salah satu keunikan iman Kristen. Banyak orang yang berpikir bahwa mereka akan percaya kalau mereka melihat "bukti-bukti dan keajaiban-keajaiban". Dan memang ada ribuan orang yang menjadi "Kristen" (datang ke gereja dan melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatannya) setelah melihat dan mengalami sendiri keajaiban-keajaiban tersebut. Tetapi Alkitab mengingatkan dengan tegas sekali bahwa illuminasi tidak sama dengan regenerasi. Hal datang ke gereja dan terlibat dengan "agama Kristen" tidak sama dengan hal "percaya dan diselamatkan".
Oleh sebab itu kepada Tomas yang menuntut bukti, Tuhan Yesus berkata, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat bukti-bukti dan keajaiban-keajaiban, namun percaya" (Yohanes 20:28). Bahkan secara demonstratif Alkitab juga menyaksikan bahwa "setiap pahlawan iman" (baca: Ibr. 11) "tidak memperoleh" apa yang dijanjikan meskipun iman mereka telah memberikan kesaksian yang kuat (ayat 39). Mereka yang sakit tidak disembuhkan, yang dipenjara tidak dibebaskan, yang dianiaya tidak ditolong. Mereka tidak mengalami "keajaiban-keajaiban ilahi" seperti apa yang mereka inginkan dan toh mereka tidak kehilangan iman mereka. Iman yang sejati hanya dapat dibangun di atas landasan firman Tuhan.
Orang Kristen yang mengenal Allah adalah orang Kristen yang mengenal dan bergaul dengan Allah Alkitab
Allah Alkitab adalah Alkitab yang menyingkapkan diri-Nya melalui Alkitab. Ia adalah Allah yang hidup, yang tidak dikenal dunia (1Kor. 2:9). Allah yang unik yang mengutus anak-Nya ke dalam dunia untuk mati demi pembebasan manusia dari jerat dosa. Banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa Alkitab merupakan penyingkapan diri Allah sendiri. Mereka berpikir bahwa Alkitab hanyalah kitab yang menyingkapkan "kehendak-kehendak Allah" dalam kehidupan praktis saja. Tidak heran jikalau 90% dari eksistensi Allah tidak pernah benar-benar dikenal oleh manusia. Kalaupun umat Kristen tahu bahwa Allah adalah Allah Tritunggal, Allah yang menjadi manusia, Allah yang mengosongkan diri-Nya, mereka tidak memahami apa hubungan antara eksistensi Allah tersebut dengan realita kehidupan iman sehari-hari. Pergaulan dengan Allah bagi banyak orang Kristen hanyalah pergaulan dengan "kehendak-kehendak Allah dalam hal-hal praktis" saja. Akibatnya pergaulan dan perkenalan yang sesungguhnya tidak pernah terjadi.
Dengan kata lain, banyak orang Kristen yang "merasa" sudah mengenal Allah, padahal (barangkali) mereka belum betul-betul mengenal Dia. Di tengah arus globalisasi dengan semangat anti doktrin yang ada pada zaman ini pengenalan akan eksistensi Allah seperti yang disaksikan Alkitab semakin sulit. Iman Kristen dipaksa untuk menjadi "agama Kristen" di mana pengenalan akan keunikan Allah seperti yang disaksikan Alkitab tidak mendapat tempatnya lagi. Yang penting adalah "kesatuan dan persatuan" dan untuk itu umat Kristen harus menanggalkan "keunikan-keunikan iman" yang bisa menjadi tembok-tembok pemisah. Keunikan pergaulan dengan Allah Alkitab yang bisa menghasilkan eksklusifitas dan intoleransi tidak perlu dipertahankan lagi. Akibatnya umat Kristen semakin tidak mengenal Allah yang mereka sembah. Di tengah kondisi yang seperti inikah umat Kristen hidup, dan mereka harus menyaksikan "keotentikan" iman mereka. Apakah Allah yang mereka sembah benar-benar adalah Allah yang hidup? Umat Kristen menghadapi suatu dilemma. Satu pihak mereka menyadari betapa di tengah arus globalisasi, kesatuan dan persatuan harus diperjuangkan, tetapi pihak lain mereka juga terpanggil untuk menyaksikan "keunikan" iman mereka pada Allah yang unik. Ini adalah dilemma yang tidak pernah akan terselesaikan kecuali dalam iman yang sejati kepada Dia yang membebaskan. Untuk itu umat Kristen membutuhkan "keberanian" yaitu keberanian untuk mengutamakan pengenalan akan Allah yang unik tersebut lebih dari segala-galanya. Mereka harus menyadari bahwa pengenalan yang sejatilah yang akan memberikan kekuatan pembebasan dari segala macam dilemma. Pengalaman dengan Allah yang sejati tak dapat dibuat-buat. Kita sendiri tahu apakah kita sebagai umat Kristen benar-benar sudah mengenal Allah yang sejati. Kita tahu apakah kita sudah memiliki "tanda-tanda" pengenalan tersebut.
D. James Kennedy mengatakan, “Yang paling menyenangkan dari misteri-misteri dalam Alkitab adalah bahwa misteri-misteri itu dapat diungkapkan, dan sebagian besar dari misteri itu dapat diungkapkan jauh dari apa yang kita perkirakan. Apa yang saling bertentangan itu sebenarnya adalah untuk saling melengkapi agar dapat memberikan gambaran spiritual yang lebih utuh. Apa yang diperkirakan sebagai kontradiksi antara kisah-kisah dalam Alkitab (seperti catatan Injil yang berbeda-beda tentang sebuah peristiwa yang sama) tidak lain adalah perbedaan dalam pilihan rincian mana yang harus dituliskan dan mana yang dirasakan tidak perlu. Aku yakin iman Anda akan makin kuat dan makin besar sewaktu kita bersama-sama menjelajahi misteri-misteri dalam Alkitab untuk menemukan solusinya.”

DAFTAR PUSTAKA
Misquoting Jesus: Kesalahan Penyalinan dalam Perjanjian Baru, Bert D. Ehrmanhttp://malay.bismikaallahuma.orgTeologi Dasar 1, Dr. Charles C. RyrieTeologi Sistematika, Henry C. ThiessenIman atau Tingkah Laku Agama ? Pdt. Yakub B. Subsada, Phd. (Buletin Momentum)
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM
Mengungkap Misteri-Misteri dalam Alkitab, D. James Kennedy
Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, R.C. Sproul

KEPEMIMPINAN KRISTEN MENURUT TEOLOGI YOHANES

LATAR BELAKANG DAN TUJUAN SURAT YOHANES DAN WAHYU
Injil Yohanes
Tujuan surat ini jelas diberikan pada Yoh 20:30, supaya menghantar pembacanya kepada kepercayaan bahwa Yesus ialah Mesias dan Anak Allah, dan dengan demikian membawa mereka ke dalam pengalaman hidup yang kekal. Hanya Injil Yohanes yang dengan jelas tujuan penulisannya. Tulisan dalam Injil ini bersifat menginjili. Metodenya khas dengan mengemukakan pekerjaan dan perkataan-perkataan Yesus – sedemikian rupa – sehingga juga mengungkapkan kodrat diri-Nya. Penggambaran jati diri tokoh ini sebagai Mesias yang dijanjikan, merujuk kepada target pembacanya adalah orang Yahudi.
Penulis Injil ini menyatakan dirinya sebagai “murid yang dikasihi Yesus” (21:20). Dengan alasan ini diyakini rasul Yohaneslah penulis Injil Yohanes. Injil ini ditulis sekitar 85-95 M.

1 Yohanes
Pengarang buku ini adalah rasul Yohanes. Walaupun dia tidak menyatakan diri sebagai penulis di 1 Yohanes, tapi karena kesamaan kosa kata dan gaya penulisan antara 1 Yohanes dengan Injil Yohanes, banyak yang meyakini bahwa 1 Yohanes ditulis oleh orang yang sama dengan Injil Yohanes.
Surat ini diperkirakan ditulis sekitar 90 M.
Surat ini timbul guna menampik kegiatan guru-guru penyesat yang telah mengundurkan diri dari jemaat dan berusaha menggoda orang-orang percaya (2:18). Mereka perintis dari bidat yang kemudian hari dikenal dengan nama “Gnostik” dan menyatakan bahwa mereka mempunyai ilmu khusus tentang Allah dan teologi. Berdasarkan ajaran baru mereka agaknya mereka menyangkal Yesus adalah Mesias atau Kristus (2:22), Anak Allah (4:15; 5:5,10), yang telah ada sejak semula (1:1), yang sudah datang dalam rupa manusia (4:2; 2 Yoh 7) untuk menyediakan keselamatan bagi manusia (4:9). Guru-guru palsu ini selanjutnya menyatakan bahwa mereka “tidak berdosa” (1:8,10) dan nampaknya mereka tidak membutuhkan kelepasan melalui kematian Yesus Kristus.
Kunci teologi yang dijabarkan dalam surat ini adalah tentang hidup yang kekal, pengenalan akan Allah, dan keberadaan iman. Yohanes mengembangkan ide teologianya dengan gambaran eksplisit yang kontras, seperti : jalan terang dan gelap, anak Allah dan Iblis, kehidupan dan kematian, kasih dan kebencian. Dia mencoba memberikan gambaran yang jelas antara guru yang benar dan guru yang palsu. Dia mendorong orang percaya untuk berpegang pada apa yang mereka sudah dengar pada awalnya, sehingga mereka dapat mempertahankan persekutuan dengan Allah dan kasih sesame umat percaya. Petrus dan Yohanes sama-sama konsetrasi tentang doktrin yang murni di dalam gereja. Dia mendesak mereka untuk memperlihatkan iman percaya mereka pada Kristus, sehingga doktrin yang benar dapat terlihat dari kehidupan yang benar dan kasih mereka satu sama lainnya.

2 Yohanes
2 Yohanes terbit dari seorang “penatua” kepada “ibu terpilih dan anak-anaknya”. Ini khas perlambang untuk menyapa suatu jemaat (bandingkan dengan 1 Petrus 5:13), mungkin maksudnya untuk mempersulit pengusutan jika surat ini jatuh ke tangan lawan. Hal-hal yang melatarbelakangi surat ini sama dengan 1 Yohanes, guru-guru penyesat mengunjungi gereja-gereja dan menyangkan Anak Allah menjadi manusia. Bidat ini menamakan diri Decotism (bhs Inggris). Mereka berpendapat Yesus tidak memiliki tubuh, hanya seperti tubuh, yang menderita dan mati di kayu salib.
Yohanes meminta umat percaya untuk berpegang teguh kepada kebenaran: Yesus Kristus datang sama dengan tubuh manusia biasa. Penyataan ini tampak lima kali do empat ayat pertama surat ini. Yohanes ingin umat percaya menjaga diri dari pengajalan yang salah, cara yang terbaik adalah dengan tetap memegang kebenaran.
Surat ini diperkirakan ditulis pada 90 M.
Pesan dari surat ini sangat jelas yaitu menjaga diri dari pengajalan yang salah, dan memelihara kebenaran. Jangan tahu kebenaran namun tidak dipraktekkan. Mempraktekkan kebenaran namun tidak membela kebenaran. Selalulah berada pada lingkaran kebenaran.
Surat ini adalah kitab terpendek dalam Perjanjian Baru.

3 Yohanes
3 Yohanes adalah surat pribadi (seperti Filemon) dialamatkan kepada Gayus, sahabat penatua itu. Gayus adalah pemimpin suatu jemaat. Dia dipuji karena menjaga kebenaran dan menerapkan kasih terhadap penginjil yang berkeliling melayani Injil dan yang sepenuhnya mengandalkan jemaat-jemaat berkaitan dengan kebutuhan mereka (1-8). Sikap Gayus adalah kebalikan dengan sikap Diotrefes, yang berusaha menjadi pemimpin dari jemaatnya. Sementara itu Diotrefes sangat berambisi menjadi “uskup” gerejanya dan membenci setiap campur tangan dari luar. Kemelut yang sama tentu timbul sementara para rasul berangsur tiada, tapi adalah jelas bahwa Diotrefes tidak mengatasi persoalan secara kristiani. Tindakan Diotrefes ini bertentangan dengan perintah Kristus untuk saling mengasihi satu dengan lainnya. Sang penatua memberi tahu bahwa dia bermaksud datang dan ingin langsung menghadapi Diotrefes secara pribadi bila perlu (9-11). Jadi surat Yohanes ini ditulis sebagai respon atas perebutan yang terjadi pada sebuah gereja lokal. Surat ini memberikan gambaran tentang gereja mula-mula menjelang akhir abad pertama.

Wahyu
Kitab Wahyu adalah kitab terakhir di Perjanjian Baru dan isinya luar biasa. Kitab ini jarang dibaca karena terkenal sulit dipahami. Sebagian besar penyebabnya adalah karena dalam Wahyu berlimpah digunakannya symbol-simbol yang kita tidak menggunakannya, dan yang untuk memahaminya kita tidak lagi memiliki kuncinya. Namun demikian simbol-simbol itu mudah dipahami oleh orang-orang pada zaman itu. Penulis mengharapkan bahwa pembacanya akan memahami kiasannya, dan karena itu menganggap tidak perlu memberikan penjelasan. Wahyu termasuk kelompok susastra yang dikenal sebagai apokaliptik, dan satu-satunya Kitab jenis ini di dalam PB, meskipun Kitab-kitab lainnya mengandung bagian-bagian yang bersifat apokaliptik (umpamanya Mat 24). Wahyu dimulai dengan penglihatan akan Tuhan Yesus yang telah bangkit, yang memberikan amanat kepada 7 gereja. Amanat ini menegur gereja-gereja tersebut perihal kegagalan mereka, dan mendorong mereka berada pada jalan pelayanan Kristen. Wahyu diakhiri dengan penglihatan tentang millennium, tentang langit baru dan bumi baru. Tradisi menegaskan bahwa Yohanes yang menulis kitab Wahyu sama dengan rasul Yohanes.
Kitab Wahyu ditulis ketika gereja perdana mengalami penganiayaan dan kesulitan. Mereka berjuang dengan penderitaan, peperangan rohani, praktek dan doktrin bidat-bidat, dan kelesuan rohani.
Kitab Wahyu diperkirakan ditulis pada 95 M. Kitab ini adalah klimaks dari Alkitab, dan memenuhi apa yang Tuhan mulai di Kejadian.

PESAN-PESAN KEPEMIMPINAN KRISTEN
Injil Yohanes
Tinjauan
Seperti Injil yang lain, kitab Injil ini berfokus pada minggu-minggu terakhir kehidupan Yesus. Kita bisa belajar banyak hal. Kita bisa melihat kekuatan dari seorang pemimpin yang dibesarkan dalam masa-masa sulit. Kita bisa melihat pemimpin yang besar tidak pernah tertekan. Membaca Injil ini kita melihat Yesus tidak hanya sebagai Raja atas segala raja, tapi sebagai Pemimpin dari segala pemimpin, yang memimpin dalam kondisi ditekan, lebih baik dari siapapun sebelum dan sesudahnya.
Allah mencabangkan setiap pemimpin dengan Yesus agar mereka menarik kekuatan dan terpelihara dari Yesus sendiri. Di pasal 15, Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai “pokok” dan kita adalah “carangnya”. Tuhanlah yang menopang dan mengarahkan kita saat kita memimpin. Kita harus selalu tetap tinggal terhubung dengan-Nya. Kita menjadi mampu karena Dia.

Pelajaran Kepemimpinan
Pelajaran 1 : Gambaran Seorang Pemimpin
Dalam pelayanan Yesus yang pendek, memberikan kepada kita gambaran yang penting sekali tentang seorang pemimpin. Berikut ini beberapa gambaran mengenai seorang pemimpin:
1.Ayah dan Anak: hubungan yang hangat dan penuh kasih membuat pemimpin dihargai oleh pengikutnya.
2.Suami dan Istri: Hubungan yang saling menguatkan dan mengikat menunjukkan kepada pemimpin akan pentingnya kasih dan komitmen.
3.Kepala dan Tubuh: Ini memberikan gambaran yang berhubungan dengan penguasaan dan perlindungan, dengan demikian pemimpin adalah sebagai pengarah.
4.Pokok dan Carang: Ini adalah gambaran pemimpin tentang sumber pemelihara. Pemimpin memberikan perbekalan.
5.Raja dan Warga negara: Ini memberikan gambaran mengenai kebijaksanaan dan pengaruh. Pemimpinlah yang memandu orang-orang.
6.Penjunan dan Tanah liat: Ini adalah gambar tentang tanggung jawab dan lepas tangan. Pemimpinlah yang mengembangkan orang-orang.
7.Pengurus kebun anggur dan kebun anggur: Ini adalah gambaran mengenai petani yang memangkas dan memelihara kepunyaannya. Pemimpinlah yang mendisiplinkan orang-orang.
8.Kepala Tentara dan tentara: Ini adalah gambaran mengenai otoritas dan latihan. Pemimpinlah yang menyiapkan senjata guna perjuangan.
9.Pencipta dan ciptaan: Ini adalah gambaran mengenai kekuasaan dan kepatuhan. Pemimpinlah yang memberikan “keturunan”/pengganti dirinya dari orang lain.
10.Nabi dan umat: ini adalah gambaran dari meminyaki dan kekuatan rohani. Pemimpinlah yang membenarkan dan memimpikan.
11.Gembala dan domba: ini adalah gambaran mengenai kehangatan dan kecantikan. Pemimpinlah yang mengarahkan dan melindungi domba-dombanya.
12.Imam dan penyembah: Ini adalah gambaran mengenai ketuhanan dan keintiman rohani. Pemimpin harus menghubungkan orang kepada Allah.
Ketika kita membaca secara keseluruhan kehidupan Yesus dan berdasarkan Perjanjian Baru, kita akan melihat kiasan-kiasan di atas. Para penulis memberikan gambaran yang indah mengenai macam kepemimpinan yang Allah ingin terpenuhi di dalam diri kita.

Pelajaran 2 : Kehambaan
Yohanes 8 memberikan gambaran panjang mengenai dua pertikaian. Dimulai dengan ditemukannya wanita yang berzinah (ayat 1-11), kemudian berpindah menjadi adu pendapat antara Yesus dan ahli Farisi mengenai penghakiman (ayat 12-30). Diakhiri dengan perdebatan pemimpin sinagoge tentang identitas diri Yesus (ayat 48-59).
Pemimpin Yahudi tidak mampu memahami Yesus karena mereka duduk di posisi berkuasa dan takut dipindah. Yesus mengajarkan pemimpin berarti melayani orang lain, berbeda dengan pemimpin Yahudi yang mencari gelar dan posisi terhormat. Yesus mengajarkan pemimpin berarti memberikan haknya, sedangkan pemimpin Yahudi sombong dengan keturunan anak-anak Abraham.
Tidakkah ini kedengaran sama dengan kondisi kepemimpinan kita saat ini ? Orang-orang berjuang mempertahankan tradisi dan aturan-aturan. Beberapa telah menjadi buta akan kebutuhan orang lain dan asyik dengan dirinya sendiri. Pemimpin yang seperti ini berdiri pada posisi kontras dengan pemimpin pelayan yang Yesus contohkan.
Secular Leadership vs Spiritual Leadership
Hal Secular Leadership Spiritual Leadership
Menambah pengaruh Dengan kekuasaan Mengasihi orang
Memiliki kepercayaan Bersaing dan memenangi Bergantung Allah
Memperoleh otoritas Klaim hak dan posisi Melayani
Menumbuhkan organisasi Meminta orang Mengembangkan orang
Visi apa yang mengerakkan Keuntungan sesaat Keuntungan kekal
Apa itu sukses Mengatasi persaingan Menaati Allah
Hati pemimpin Seorang bos Seorang Bapa
Seperti apa gambaran kepemimpinan Anda saat ini ? Ahli farisi atau hamba kah Anda ?

Pelajaran 3 : Hubungan yang Intim dengan Pengikut
Yesus menggambarkan dirinya sebagai Gembala yang baik, seorang Pemimpin yang mengarahkan umat-Nya seperti seorang gembala memimpin dombanya. Gembala adalah lembut, tulus hati, intim, penuh kasih. Mereka mengarahkan, mengkoreksi, melindungi, dan memberi makan. Yohanes mengkontraskan gembala yang baik dengan orang sewaan. Orang sewaan mendapatkan upah dari pekerjaannya, tapi tidak sepenuh hati mengerjakannya. Dia akan berhenti menjaga dombanya ketika tidak ada manfaat lagi yang dia peroleh.
Orang Sewaan Gembala
1. Bekerja demi uang 1. Bekerja dengan kasih
2. Tidak punya hati demi domba 2. Punya hati demi domba
3. Meninggalkan ketika kesulitan datang 3. Berikan dirinya demi domba
4. Tidak setia kepada tuannya 4. Setia melayani tuannya
5. Memberi makan diri sendiri, tidak domba 5. Memberi makan domba
6. Melalaikan dombanya 6. Dengan tulus hati menjaga domba
7. Menggerakkan domba dengan kasar 7. Memimpin domba dengan bijaksana
dan kurang belaskasihan

Surat-surat Yohanes
Tinjauan
Yohanes menulis ketiga surat ini untuk gereja mula-mula, pembahasan yang menyentuh beberapa tema mendasar: mempertahankan kejujuran dan integritas; hidup dalam otoritas sebagai anak Allah; berhubungan dengan orang lain dengan kasih; pendalaman dan pengaplikasian yang benar seperti yang kita katakan dan percaya; dan memegang nilai-nilai awal. Tiga kata kunci yang tertuang dalam surat-surat ini adalah hidup, terang, dan kasih. Ketiga kata ini adalah kualitas Yesus Kristus, sebagai Pemimpin dari pemimpin, yang terwujudkan dari umat-Nya. Kepemimpinan yang efektif mengasihi orang-orangnya dan berhubungan baik dengan mereka. Mereka memberi terang/jalan keluar dalam persoalan dan keputusan yang perlu dibuat. Dan mereka memberi hidup di organisasi melalui keberadaan, keahliaan, dan karakter mereka. Yohanes menjelaskan bahwa Allah adalah Pemimpin yang sejati, yang memiliki hidup, terang, dan kasih. Tuhan menjadi model dimana karakteristik-Nya Dia inginkan berkembang di dalam kita, dan merekalah yang menjadi pemimpin yang baik.
Pelajaran Kepemimpinan
Pelajaran 1 : Memiliki Nilai Kebenaran
Pemimpin harus memiliki nilai kebenaran lebih dari hal yang lain. Dalam surat 1 Yohanes, digambarkan empat kebohongan yang sering kita katakan:
1.Kita katakan kita telah memiliki persekutuan dengan Dia, namun masih berjalan dalam kegelapan (1:6)
2.Kita katakan kita tidak berdosa dan menipu diri kita sendiri (1:8)
3.Kita katakan kita mengenal Dia, tapi tidak memegang perintah-perintah-Nya (2:4)
4.Kita katakan kita ada dalam terang, namun kita membenci saudara-saudari kita yang dalam Kristus (2:9)
Ketika kita berdusta dengan diri kita sendiri, maka kata-kata dan kehidupan kita tidaklah sejalan, dan orang-orang kehilangan rasa percaya pada kepemimpinan kita. Hanya ketika kita berkata hal yang benar, maka orang-orang akan mempercayai kita.
Akan mengalir kekuatan ketika kepercayaan pribadi pemimpin meluruskan nilai-nilai organisasinya. Ketika pemimpin mengikis kemunafikan dan kecurangan dari organisasinya. Yohanes menggunakan kata “benar” lima kali di surat 2 Yohanes untuk menggarisbawahi butuhnya integritas.
Akan diterima beberapa manfaat, ketika kebenaran memimpin sebuah organisasi:
·Saling percaya antar pengikut
·Meminimalkan keruwetan
·Orang merasa bebas untuk terbuka
·Pemimpin memiliki kredibilitas saat berbicara

Pelajaran 2 : Termotivasi oleh Kasih
Dalam Injil Yohanes, rasul Yohanes dikatakan sebagai murid “yang mana Yesus kasihi” (Yoh 13:23).
Yohanes tahu bahwa kasih Yesus kepada Bapa sebagai motivasi Dia untuk melakukan sesuatu dan sering Dia katakan bahwa Dia melakukan segala sesuatu untuk murid-murid-Nya dan orang-orang yang disekitar-Nya. Dia tahu bahwa Yesus, Anak Allah, mengasihi dia, dan dia akui bahwa itulah panggilannya sebagai pemimpin yang dipilih Allah untuk membagikan kasih kepada orang lain.
Inti dari surat 1 Yohanes bertemakan kasih kepada Allah dan kasih seorang dengan yang lainnya. Kasih karena Yesus sudah menyelamatkan kita, kasih jenis inilah yang musti kita demonstrasikan melalui tindakan, dan bukan sekedar di kata-kata saja (1Yoh 3:18).
Pemimpin perlu secara terus-menerus ingatkan diri mereka bahwa Allah adalah kasih, dan oleh karena itu Yesus mewajibkan umat-Nya untuk membagikan kasih-Nya dengan orang lain. Kasih adalah motivasi tertinggi bagi seorang pemimpin untuk berhubungan dengan orang-orangnya. Jika kita tidak mengasihi mereka, jangan coba-coba untuk memimpin mereka. Bagi Yohanes, kasih dan relasi dapat terukur dari kerohaniaan sang pemimpin. Yohanes memanggil para pemimpin untuk kembali ke dasar-dasar :
·Kita harus mengasihi Allah
·Kita harus mengasihi kebenaran
·Kita harus mengasihi panggilan kita
·Kita harus mengasihi orang-orang

Pelajaran 3 : Berinisiatif
Jika 1 Yohanes adalah tentang hidup yang benar di hadapan Tuhan dan 2 Yohanes adlag tentang kebenaran Allah, maka 3 Yohanes adalah tentang cara Allah. Pemimpin melakukan apa yang menjadi hak orang lain, membuat mereka merasa nyaman, memberi perintah dengan percakapan, dan memberi bagi orang lain. Pemimpin janganlah memberi reaksi tapi bertindak. Mereka berjalan terlebih dahulu, inilah bagian dari seorang pemimpin.
Menarik sekali, Yohanes membedakan antara berjalan dahulu (going first) dengan ingin jadi nomor satu (wanting to be first). Dia mengemukakan Diotrefes, “tetapi Diotrefes yang ingin menjadi orang terkemuka di antara mereka” (3 Yoh 9). Diotrefes ingin menjadi nomor satu, tapi tidak berjalan terlebih dahulu melayani orang lain. Pemimpin mengambil inisiatif dalam lingkup:
·Di gaya hidup mereka (ayat 3,4)
·Dengan orang lain, terutama dengan mereka yang belum dikenal (ayat 5,6)
·Dalam tangung jawab (ayat 7,8)
·Dalam melakukan hal yang baik, dengan tindakan bukan reaksi (ayat 11)
·Menjadi contoh buat orang lain (ayat 12)

Kitab Wahyu
Tinjauan
Apa yang kitab nubuat ini katakan mengenai kepemimpinan ? Pertama, kitab ini memberikan tentang visi. Tuhan memberikan Yohanes sebuah visi tentang kejadian akhir jaman. Visi menggerakkan semua pemimpin yang baik. Kedua, kitab ini memberikan tentang kebaikan. Kitab ini seputar pertikaian akhir antara Allah dan si jahat, Allah dan setan. Pemimpin yang baik berjalan terus untuk teguh berdiri dalam kebenaran. Ketiga, kitab ini memberikan tentang kekuatan. Yohanes dan orang kudus yang telah tiada menunjukkan kemauan yang kuat, tenaga, dan pendirian yang teguh. Pemimpin diajarkan untuk memahami bahwa kecerdasan berperan kecil, kesuksesan datang jika ada kemauan untuk berkomitmen dan ketaatan yang radikal. Ahkirnya, buku ini memberikan tentang kemenangan. Tuhanlah pemimpin yang mutlak, tidak demikian dengan setan yang mempunyai pengaruh hanya sementara.

Pelajaran Kepemimpinan
Pelajaran 1 : Visi
Ketika Yohanes menyembah Allah di sebuah pulau yang bernama Patmos, Yesus berbicara kepadanya. Nah ketika dia mendengarkan suara itu, dia melihat sebuah visi (Why 1:12). Di akhir buku ini, dia menjelaskan visi inilah yang menggerakkan dirinya untuk menulis dan mendorong orang-orang.
Visilah yang menggerakkan pemimpin-pemimpin, apalagi ketika mereka percaya bahwa Allahlah sumber visi tersebut. Berikut adalah catatan kualitas visi yang hebat:
1.Bukan ditemukan atau dibuat-buat, tapi dari disingkapkan
2.Bukan untuk bersaing dengan orang lain, namun melengkapi orang lain
3.Memikat hati, bukan karena pilihan. Saya tidak dapat menemukannya dalam pikiran saya sendiri
4.Tujuannya bukan untuk menghasilkan uang, tapi mencukupkan kebutuhan
5.Kesuksesannya bukan bergantung dari lebih depan dari yang lain, tapi bergantung melayani orang lain
6.Tujuannya bukan memuaskan ego saya, tapi memuliakan Allah

Pelajaran 2 : Kesalahan Kepemimpinan
Gereja Efesus memberikan kepada kita cerita klasik tentang pemimpin yang gagal melaksanakan hal prioritas. Pemimpin tidak bisa melulu sibuk, mereka musti sibuk dengan aktivitas yang benar. Mereka tidak hanya melakukan hal yang benar, tapi melakukan dengan benar. Pemimpin di Efesus membiarkan jemaatnya sibuk (2:2,3) dan Allah memuji kerja keras mereka. Namun demikian mereka telah meninggalkan prioritas pertama mereka, untuk mengasihi Allah. Tangan mereka sibuk, kalender mereka penuh jadwal, dan kepala mereka penuh perencanaan – tapi hati mereka kosong.
Apa yang Tuhan katakan demi perbaikan situasi yang mereka alami ? Dalam satu kalimat Dia mengatakan, “Ingat dan bertobatlah”, atau dengan kalimat lain juga dikatakan, “Aku akan kembali dan mengambil kaki dianmu” (2:5). Ini adalah sebuah nasehat yang baik bagi banyak pemimpin yang telah menyimpang dari prioritas utamanya:
1.Refleksi: Berpikir kembali dan ingat akan visi dan tujuan semula
2.Bertobat: Ambil keputusan untuk berubah. Susun mana yang harus dibuang dan diprioritaskan
3.Perbaiki: Mulai untuk memperbaiki satu prioritas utama setiap waktu, setiap minggunya
4.Akuilah: Ingat bahwa Tuhanlah yang memegang kita dengan tangung jawab. Dia menghargai buah-buah perbuatan kita, bukan aktivitas kita.
Yesus juga memberikan dorongan bagi jemaat Smirna yang mengalami tekanan hebat untuk tetap teguh berdiri dan berpegang pada kebenaran. Yesus mengingatkan mereka bahwa Dia akan memberi upah bagi mereka dan kesusahan yang mereka alami tidaklah selamanya. Orang-orang bisa jadi mengalami semangat yang hilang, letih, dan mereka menjadi sangsi dan tidak aman. Mereka membutuhkan pemimpin yang memberi hati dan harapan. Namun kebanyakan pemimpin tidak melakukan hal yang dilakukan oleh Yesus. Ada beberapa persoalan:
1.Mereka tidak peka akan tekanan hidup orang lain
2.Mereka tahu tapi tidak ingin mengurangi kenyamanan mereka, jika mereka membantu
3.Mereka memberikan dorongan sekedarnya, tidak dengan sungguh hati
Rasul Yohanes juga menuliskan pesan Yesus kepada gereja di Sardis, Filadelfia, dan Laodikia. Ketiga kasus gereja ini memberikan gambaran kebenaran bagi pemimpin :
Gereja Kenyataan Langkah Tindakan
1. Sardis 1. Pekerjaan yang hampir mati 1. Bangun dan Bertobatlah
2. Filadelfia 2. Kekuatan kecil tapi kesempatan 2. Jangan pernah menyerag
besar
3. Laodikia 3. Curang : buta dengan kondisi 3. Ubahlah prioritasmu
mereka

Pemimpin harus melihat dari atas untuk apa yang terjadi di organisasinya. Mereka harus melihat untuk tetap membuat orang-orang bergerak ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka harus melawan sifat biasa-biasa saja dan berikanlah langkah-langkah untuk mengkoreksi mereka. Mereka harus tidak boleh pernah merasa puas dengan status quo.

Pelajaran 3 : Pemimpin Pemenang
Jika kita membaca Wahyu hingga akhir, maka kita akan melihat bagaimana rasul Yohanes dengan terengah-engah menggambarkan kondisi Kota Suci, dengan kristalnya yang berkilauan, jalan-jalannya yang terbuat dari emas murni, dan pepohonannya yang baik sekali.
Kristus sudah mempraktekkan Hukum Kemenangan di akhir jaman nanti, memberikan jalan bagi umat-Nya untuk hidup berkemenangan. Dia membagikan kemenangan-Nya, seperti orang kaya yang membagikan warisan kepada keturunannya. Ini adalah sebuah penghiburan yang sangat menguatkan, perayaan yang besar, dan keyakinan yang besar atas kemenangan. Di kitab akhir dari Alkitab ini menunjukkan kepada para Pemimpin Pemenang sebagai berikut:
1.Saksi yang setia (Why 1:5)
2.Pertama bangkit dari kematian (1:5)
3.Berkuasa atas para raja (1:5)
4.Alfa dan Omega (1:8)
5.Singa dari suku Yehuda (5:5)
6.Tunas Daud (5:5)
7.Anak Domba (17:14)
8.Firman Allah (19:13)
9.Raja segala raja (19:16)
10.Tuhan segala tuhan (19:16)

KESIMPULAN
Injil Yohanes, Surat-surat Yohanes, dan Kitab Wahyu memberikan pengajaran yang berlimpah bagi setiap pemimpin-pemimpin Kristen yang ingin memahami kepemimpinan yang kekal.
Dimulai dari Injil Yohanes yang menunjukkan kepada kita model kepemimpinan Yesus, sebagai Pemimpin yang melayani. Hal ini berarti menentang kepemimpinan model otoriter, ambisius, dan haus akan kekuasaan.
Surat-surat Yohanes menunjukkan bahwa pemimpin haruslah bertindak benar. Hal ini berarti menentang bentuk kepemimpinan yang hanya hebat di perkataan, komunikasi dan pencitraan, juga pemimpin yang kompromistis dengan kebenaran, cari aman dan takut kehilangan jabatan.
Kitab Wahyu meningatkan akan kita kepada Pemimpin Pemenang, yaitu Yesus Kristus. Dengan demikian pemimpin palsu, pemimpin yang tidak sesuai dengan cara Allah, pemimpin yang menantang Allah, akan menuai; kekalahan, rasa malu, dan penyesalan yang kekal. Mereka ini adalah pemimpin-pemimpin yang dimodelkan seperti Iman kepala, orang Farisi, Pilatus, Diotrefes, Setan.
Saya percaya, jika masing-masing pemimpin Kristen memahami kebenaran dari kelima kitab yang ditulis oleh rasul Yohanes ini, maka tidak akan ada:
·Perpecahan gereja karena hal kekuasaan
·Pemimpin gereja yang tidak disukai jemaatnya
·Pemimpin gereja yang lebih mementingkan program dan acara gereja melebihi jemaatnya
·Pemimpin yang berupaya memperkuat posisi jabatannya
·Hamba Tuhan yang hanya pintar berkhotbah, tidak nyata di dalam kehidupan sehari-harinya
·Menutup mata akan keadilan dan kebenaran karena pemimpin gereja takut kepada segelintir orang
Menurut catatan sejarah gereja, berikut keberhasilan rasul Yohanes selama akhir hidupnya:
Yohanes meninggal dunia direbus atau lebih tepatnya digoreng di dalam bak minyak mendidih di Roma, tetapi karena Tuhan masih ingin memakai Yohanes lebih jauh, maka keajaiban terjadi sehingga walaupun ia telah digoreng hidup-hidup ia bisa hidup terus. Tetapi akhirnya ia dibuang dan diasingkan ke pulau Patmos untuk kerja paksa di tambang batubara disana. Pada saat ia berada di sana, ia mendapatkan wahyu sehingga ia bisa menulis Kitab Wahyu. Kemudian ia dibebaskan dan akhirnya kembali dan menjadi Uskup di Edessa (Turki). Ia adalah satu-satunya Rasul yang bisa mencapai usia lanjut dan bisa meninggal dunia dengan tenang.

Melalui kisah di atas, rasul Yohanes sudah menjalankan apa yang dia katakan (walk his talk). Bagaimana dengan Anda ?

DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
Compact Bible Commentary, Earl Radmacher, Ron Allen & H. Wayne House
Chapter by Chapter Bible Commentary, Warren W. Wiersbe
The Maxwell Leadership Bible, John C. Maxwell
http://sabdaweb.sabda.org
http://count27bless.wordpress.com

GREAT COMMUNICATION SECREAT OF GREAT LEADERS, John Baldoni

John Baldoni, pengarang buku Great Communication Secreat of Great Leaders, adalah seorang konsultan komunikasi dan kepemimpinan. Beliau memiliki pengalaman bekerja di perusahaan kecil dan besar, di antaranya Ford, Kellogg’s, dan Pfizer. John juga mengajar program pengembangan manajemen di Universitas of Michigan. Melalui buku ini John Baldoni menggali gaya komunikasi kepemimpinan daru para pemimpin dunia yang berpengaruh, mulai dari Winston Churchill dan Katherine Graham sampai Jack Welch, Collin Powell, Rosabeth Moss Kanter, dan Rudolph Giuliani. Tujuan buku ini membuka pintu bagi pembaca untuk mengintegrasikan komunikasi di segala hal yang pembaca lakukan. Sehingga terbuka pintu dialog dan penemuan di masa yang akan datang.
Bisa ada kejadian tidak nyambungnya suatu komunikasi, antara yang pembicara dan pesannya. Hal ini akibat tidak konsisten antara kata-kata dengan perilaku. Pesan efektif terbangun di atas kepercayaan. Kepercayaan datang dari pemimpin yang membuat komitmen untuk membuat setiap individu berhasil menggapai tujuan organisasi. Pesan yang timbul dari pemimpin yang kita percaya ini dinamakan dengan leadership message. Komunikasi adalah tatanan dasar dari memimpin orang lain. Komunikasi kepemimpinan kita haruslah bersifat signifikan/berarti, menggambarkan visi/misi/budaya organisasi, konsisten dan dibicarakan secara rutin dan sering. Komunikasi kepemimpinan bertujuan agar pendengar berkomitmen dan membangun kepercayaan antara pemimpin dan pengikutnya, sehingga mampu bekerjasama secara efektif. Oleh karena itu pemimpin perlu menfasilitaskan komunikasi dua arah, terutama sekali mengijinkan adanya feedback/umpan balik berupa ide, usulan dan ketidaksepakatan. Ini dinamakan dengan tindakan mendengarkan. Mereka perlu merasakan pentingnya kepedulian, sehingga pemimpin perlu mendorong pengikutnya hingga ke posisi merasa memiliki atas suatu pergumulan/issue. Dalam komunikasi kepemimpinan selain perlu berdiri langsung di garis depan, perlu juga pendekatan bergandeng tangan dan berkomunikasi dengan penuh kebajikan.

Setiap pemimpin acara yang baik memiliki tingkat kesadaran dan pemahaman diri yang tinggi atas perannya sebagai komunikator. Pesan kepemimpinan adalah berkaitan dengan cara pandang, perspektif yang ingin kita bawakan ke dalam organisasi. Kegagalan kepemimpinan dan komunikasi terjadi saat pesan kita tidak terpublikasikan dengan baik. Ada 4 tipe komunikator: expert, visionary, coach dan transformer. Tipe expert berpegang teguh pada misi organisasi dan bagaimana misi ini yang memimpin bisnis. Tipe visionary memiliki misi membujuk dan mengubah cara pandang. Mereka memiliki keyakinan yang menggebu-gebu akan maksud mereka melebihi kata-katanya. Tipe coach adalah perpaduan tipe expert dan visionary. Cara komunikasi dengan memahami dan menemukan motif setiap orang, dan berupaya memenuhinya. Tipe transformer memiliki misi membujuk agar mengubah pikiran. Gaya komunikasi kepemimpinan kita bisa berganti, tergantung situasi yang kita alami.
Kita perlu juga jelas mengapa kita berbicara, apakah dalam rangka menjelaskan, mengatasi suatu keberatan, menjual/membujuk, merayakan, atau menghibur. Dalam komunikasi kepemimpinan, harus dikondisikan dapat mengakses secara langsung berkomunikasi dengan pemimpinnya tanpa ada penyaringan terlebih dulu. Dan juga perlu kejelasan satu jalur komando. Setelah itu kita juga harus mengetahui pengikut kita: siapa mereka, apa yang mereka lakukan, dan seberapa baik mereka bekerja. Gunakanlah gaya bahasa yang sederhana bukan memerintah.
Ada kalanya pesan yang disampaikan kosong, tidak jelas, sehingga terjadi ketidaksambungan pembicara dan audiencenya. Agar ini tidak terjadi, haruslah dimulai dari kredibilitas pemimpin. Bagaimana pemimpin bisa membangun kredibilitas dalam komunikasinya: katakan hal yang benar, jangan meniadakan berita buruk, jangan terlalu umbar janji, dan lakukanlah apa yang kita katakan. Pesan adalah inti dari sebuah percakapan dan presentasi. Tugas kita adalah membuat pesan kita jelas dan tidak membingungkan. Semakin jelas pesan kita, maka semakin besar kemungkinan untuk diingat. Ada beberapa metode untuk memberi warna bagi pesan kita: berpikirlah terlebih dahulu, tanyakan dulu kepada kolega kepercayaan kita, curah pendapat dalam suatu kelompok, dan dimulai dengan point akhir yang ingin kita sampaikan. Janganlah pernah merasakan bahwa audiens kita harus menyukai pesan kita. Pesan kita harus memberikan informasi, issue apa dan apa yang perlu mereka kerjakan. Pesan juga mampu melibatkan orang lain. Pesan juga perlu memberi gambaran tentang apa yang mereka dapat lakukan sehingga membuat hal lebih baik, bagi mereka dan organisasi. Pesan juga mengajak orang untuk ikut serta perusahaan, baik untuk memenuhi suatu tujuan atau mentransformasi sebuah budaya. Keempat elemen ini harusnya tampak dari setiap pesan. Sering kita asumsikan alur komunikasi adalah dari pemimpin ke pengikut dan berbalik lagi. Pemimpin perlu melakukan komunikasi dari bawah ke atas, dalam hal ini penerima pesan adalah pemimpin. Komunikasi seperti ini menciptakan budaya dialog dan diskusi. Kadang pemimpin bisa melakuka hal yang salah, sehingga membuat kredibilitasnya rusak. Jika sudah demikian, maka pemimpin tersebut harus mengakui kesalahannya, bahwa yang Anda lakukan salah dan ucapkan permintaan maaf. Terakhir buatlah perubahan dengan mengganti kepada siapa Anda telah merugikan mereka. Pemimpin tidak perlu takut untuk belajar dari orang lain.
Jarang sekali hasil kinerja yang buruk dinilai dari sisi kegagalan komunikasinya. Padahal komunikasi kepemimpinan berperan sebagai penting dalam mengkomunikasikan perubahan untuk memperkuat budaya organisasi. Rencana komunikasi ini menjadi pokok dalam mengembangakn pesan kepemimpinan agar konsisten dengan budaya organisasi, menemukan cara mengkomunikasikan suatu perubahan, dan meyakinkan terjadinya kredibilitas yang berlanjut.
Sebagai pemimpin, kita perlu mengetahui suasana komunikasi dalam organisasi kita. Suasana komunikasi tampak melalui seberapa terbukanya perasaan mereka terhadap pendapat dan usulan mereka. Pemimpin bisa menggunakan wawancara, focus group, survey untuk mengetahui hati dan pikiran mereka terhadap organisasi. Wawancara adalah metode yang lebih baik dibanding yang lain, karena melalui wawancara kita bisa menggali lebih dalam dengan pertanyaan. Sedangkan melalui focus group, kita bisa dengan lebih cepat memperoleh berbagai segi pandangan. Kalau survey memberikan kelebihan jangkauan sikap dan keyakinan yang ingin kita tahu dari orang-orang yang lebih luas. Audit komunikasi adalah bentuk laindari metode survey. Audit komunikasi adalah evaluasi komunikasi yang spesifik. Audit ini mengevaluasi seberapa mengertinya mereka pada saat menerima pesan, misal: melalui video, brosur, dan rapat, dan apa yang akan mereka lakukan setelah menerima pesan tersebut. Dalam mengkomunikasikan suatu strategi, haruslah mencakup: memberitahukan kepada mereka kemana organisasi ini akan diarahkan, bagaimana cara mencapai kesana, dan apa yang perlu mereka lakukan untuk memastikan mereka sejalan dengan organisasi. Jangan lupa untuk memberi mereka alasan untuk berpegang pada strategi yang kita tetapkan, sehingga tercipta dukungan. Terdapat 4 saluran komunikasi: (1) Komunikasi organisasi (antar individu, tim, dan keseluruhan organisasi), (2) Komunikasi editorial (pesan bagi pihak ke tiga), (3) Komunikasi pemasaran (berguna membagi pandangan, penjualan atau promosi), (4) Komunikasi web (komunikasi melalui web site). Berikut ini beberapa media/sarana komunikasi: video, rapat seluruh karyawan, rapat bagian, rapat orang per orang, webcasts, media cetak (brosur, poster, kartu), media releases, banner, email, dan broadcast voicemail. Aturan yang perlu diingat: sekali tidaklah cukup, ulangi terus-menerus pesan yang ingin kita sampaikan. Agar pesan bisa tepat sasaran, perlu diperhatikan beberapa hal: tentukan target pertama yang ingin kita raih atas pesan yang ingin kita sampaikan, lalu tentukan target audience, lakukan pesan terus menerus dan gunakan dengan sarana yang berbeda-beda agar tampak segar, tetapkan pesan secara gambaran besar dan utuh. Selain menggunakan media yang tepat, kita juga memilih waktu yang tepat untuk mengumumkan pesan kita. Agar pesan kita dimiliki oleh pendengar, maka kita harus memberikan pesan yang membuat perbedaan, menyentuh emosi, serta dengan kata-kata yang berterus terang dan sederhana. Buatlah pesan kita jadi bahan pembicaraan. ekspos pesan tersebut melalui beberapa merchandise, carilah cara agar pesan tampak lain dari pada yang lain, temukan cara multiplikasi penyebaran pesan kita, jaga pesan kita konsisten dengan budaya organisasi, dan sekali lagi ulangi pesan yang sama di lokasi yang berbeda. Pesan kita akan jadi pembicaraan mereka, maka kita perlu lakukan: (1) Rencanakan umpan balik, pastikan mereka tahu organisasi mengumpulkan umpan balik mereka. (2) Adakan rapat atas umpan balik tersebut. (3) Masukkan ke dalam web site organisasi (kalau ada). (4) Berkelilinglah untuk mendapatkan umpan balik, bisa dilakukan saat informal. Pemimpin haruslah tidak terisolasi, mereka perlu akrab dengan supervisor garis depan dan berbicara dengan pelanggannya. Pemimpin perlu mendengar juga berita buruk. Memang tidak mudah membuat bawahan kita berkata jujur, karena mereka takut atas karir mereka bisa terancam. Oleh karena itu pemimpin perlu memberikan penjelasan manfaat memberikan umpan balik yang jujur dan mintalah umpan balik ini secara reguler.
Pemimpin juga perlu memiliki kekuatan komunikasinya melalui komunikasi elektronik/e-communication. Karena lebih banyak hubungan terjadi melalui email dari pada tatap muka secara langsung.
Membuat sebuah presentasi dimulai dari mengumpulkan bahan-bahan, sisipkanlah lelucon, dan pilahlah bahan-bahan yang sesuai dengan yang ingin kita sampaikan. Setelah itu buat garis besar presentasi kita dengan pendahuluan (apa yang ingin kita sampaikan), isi (jelaskan apa yang kita maksud), dan akhiri (ingatkan kembali pesan kita). Presentasi kepemimpinan akan baik jika dipertajamkan dengan alasan dan logis. Dalam hal ini yakinkan perbedaan yang akan diterima organisasi (claim), beri pengertian mengapa bisa memberikan perbedaan (reason), dan beri kepastian bahwa pesan kita akan baik dalam jangka panjang (warrant). Hal yang utama bagi pemimpin yang berkomunikasi adalah membujuk pengikutnya untuk menerima cara pandangnya. Ada dua cara menutup presentasi kita, lakukan dengan merekap poin-poin pesan kita atau dengan mengajak mereka melakukan sesuatu atau bertindak.
Persiapan yang baik namun hasilnya belum tentu baik, kita perlu memahami audience kita. Sederhananya ketehuilah apa yang mereka inginkan dari presentasi kita. Cari tahu isu-isu yang bisa menyentuh konsentrasi mereka.
Selain menjadi diri “Anda sendiri” dalam membawakan presentasi juga perlu mencerminkan suasana saat itu, jangan menjiplak, berbicara dengan jelas dan tidak kaku, bagikan dari diri Anda sendiri.
Perhatikanlah kekayaan Anda sebagai pembicara, suara Anda, ubah-ubahlah besar kecilnya suara dan tinggi rendahnya nada suara. Perlu juga memberikan peranan gerakan tubuh dalam pembicaraan kita. Tak kalah penting, perlunya tetap menjaga penyampaian pesan yang mengebu-gebu, saat kita bersemangat maupun saat tidak punya hati. Komunikasi lebih dari sekedar pertukaran komunikasi secara lisan. Komunikasi juga berbentuk panggung, gunakanlah simbol-simbol yang mencerminkan nilai-nilai organisasi, buatlah ruangan yang dipedulikan dan diingat oleh orang-orang, kenakan baju yang pantas, isi dengan musik, dan beri waktu perenungan atas pesan utama yang kita sampaikan.
Kepemimpinan komunikasi yang baik berusaha mencapai kepala dan hati peserta. Bukan hanya menjelaskan gagasan di pikiran mereka dengan logis dan beralasan, namun juga bisa menyentuh hati, sisi emosi kita, karena di sinilah tempat suatu keputusan dibuat. Ada beberapa cara menarik perhatian peserta: hindari peserta hanya duduk dan mendengarkan, gunakan sarana interaktif guna melibatkan peserta dalam presentasi kita, gunakan tidak hanya kata-kata tapi visualisasi, dan beri sarana dialog antara pemimpin dan pesertanya.
Komunikasi kepemimpinan membawa hubungan antara pribadi si pemimpin dengan pengikutnya. Hubungan ini dapat berbentuk hubungan berdasarkan coaching, yang memampukan pemimpin menantang setiap individu untuk menggapai yang terbaik dengan didukung dorongan dan kepercayaan. Dalam hal ini keberhasilan pemimpin didapat dari memasukkan agenda orang lain ke dalam agendanya. Melalui coaching akan memindahkan orang dari memenuhi menadi berkomitmen. Kepercayaan adalah inti dari hubungan dalam coaching, yang memberi coaching harus mengkomunikasikannya bawha apa yang dia kerjakan adalah dari hatinya. Lalu setiap individu harus tahu apa yang diharapkan dari mereka, yang tentunya terkait dengan tujuan organisasi. Pastikan dalam proses coaching ini, selalu terjadi pengajaran. Coaches sebagai pemecah masalah, bisa melalui berkumpul di antara tim, dan memberikan arahan. Coaches yang baik ahli dalam memotivasi. Yang bisa dilakukan adalah membangun lingkungan yang membuat setiap orang berkembang dengan pesat. Tahu kapan untuk tarik dan ulur. Memberi disiplin adalah salah satu cara lain agar standar terjaga dan memastikan perilaku berlangsung konsisten. Setiap coach fokus pendisiplinan pada perilaku (apa yang dia lakukan), bukan pada pribadinya (siapa dia). Diperlukan catatan, untuk mencatat mereka yang sudah bekerja baik, menolong meningkatkan rasa percaya diri di mereka dan mendorong mereka untuk terus mencapai yang lebih baik, biarkan semua orang tahu individu yang bekerja baik, dan berikan penghargaan. Jadilah mentor, sahabat yang siap menolong saat dibutuhkan.
Komunikasi juga termasuk berhenti sementara untuk memeriksa pemahaman atas pesan kita. Penting sekali untuk keputusan orang-orang saat menerima pesan tersebut. Cara pertama dengan meminta pendengar menceritakan kembali kepada kita yang sudah kita sampaikan, dan apa yang akan mereka lakukan serta hasilnya. Buatlah data atau sumber informasi yang melibatkan semua orang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Berbagi tanggung jawab dengan individu atau sekelompok orang sebagai pemecah masalah. Gunakan saluran komunikasi yang tidak menoton, kadang berbicara langsung dengan tingkatan yang berbeda-beda, bagian yang berbeda, jika perlu dengan pihak di luar perusahaan. Dan terakhir pemimpin turut serta dalam sirkulasi proses komunikasi secara terus menerus. Bagaimana kita tahu pesan kita nyambung? Jawabannya adalah jika pesan kita sudah terpenuhi, oleh karena itu perlu dipastikan kita memberikan alat-alat dan sumber-sumber yang mereka butuhkan agar bisa menghasilkan.
Melalui bercerita, meningkatkan semangat, memperingati hal yang tidak bijak, dan mendapat wawasan, dan kejadian yang membuat tertawa/gembira. Suatu cerita bisa memberikan kita kewaspadaan, belajar dari sejarah sangatlah efektif. Melalui cerita bisa juga menentramkan hati. Cerita juga memberikan inspirasi, kebulatan tekad, humor, terharu, dan dorongan serta visi.
Dalam bercerita, bisa juga berbentuk permainan laga. Bisa melalui role play/permainan peran dan simulasi. Bercerita penting bagi kita. Karena melalui cerita-cerita tersebut, yang kaya dengan suasana/context dan menyesuaikan dengan karakter/stylized character, memancarkan cahaya bagi jiwa kita. Kepemimpinan berpusat pada kondisi manusia, yang bisa ditemukan dari bercerita.
Jika Anda ingin membuat kepemimpinan Anda menonjol dan berhasil, Anda wajib membaca buku ini. Saya percaya, Anda akan mendapat sesuatu dari setelah membaca buku ini, seperti yang saya alami. Buku ini membuktikan secara nyata bahwa komunikasi memiliki peran yang vital bagi sebuah proses kepemimpinan. Bukan hanya argumentasi, tetapi juga diberikan arahan, yang menurut saya sangat masuk akal dan dengan mudah kita aplikasikan. Langkah-langkah praktis tersebut sangat praktis dan berbobot, membantu setiap pemimpin membangun sistem komunikasi, mulai dari pesan yang baik hingga memastikan pesan tersebut dijalankan hingga selesai. Buku ini mengajarkan komunikasi yang lengkap, maksudnya dalam buku ini diberikan penjelasan komunikasi dari tingkat pemimpin dengan individu, pemimpin dengan tim, dan pemimpin di depan umum/public speaking. Tak lupa penulis memasukkan faktor karakter contohnya penjelasan tentang kepercayaan, dan ilmu hubungan manusia di dalam komunikasi contohnya dalam pembahasan mengenai coaching. Di setiap akhir bab, kita diberikan contoh kepemimpinan dari pemimpin yang telah terbukti pengaruhnya. Dengan demikian, kita dengan mudah mengerti pengaplikasiannya secara praktis.
Namun ada sisi kurangnya dari penjelasan tokoh tersebut. Kekurangannya terjadi karena penjelasan dari keunggulan tokoh dalam kepemimpinannya kadang tidak terlalu nyambung dengan topik pembahasan bab itu. Atau penjelasan tokoh lebih global mengenai bagaimana pemimpin yang sejati bertindak dan bersikap. Alangkah baiknya saat penjelasan tokoh difokuskan kelebihannya sesuai dengan topik bahasan bab tersebut.