Anda diciptakan sama,namun anda diselamatkan untuk menjadi "BERBEDA"

27 March 2009

ALKITAB SEBAGAI FIRMAN ALLAH

I.Problematika Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Tantangan iman Kristen tidak hanya adanya penyangkalan Yesus adalah Tuhan yang bisa menyelamatkan umat manusia dari dosa. Namun juga kebenaran dari Alkitab yang kita percayaipun diragukan.
Berikut ini beberapa contoh kutipan pernyataan kekeliruan Alkitab dari sisi naskah asli dan proses penerjemahan :
“Pada tahun 1707, John Mill, mengumpulkan sekitar 100 manuskrip Perjanjian Baru berbahasa Yunani dari berbagai wilayah. Dari hasil kerja kerasnya selama 30 tahun, para pembaca akan terkaget-kaget melihat sedikitnya 30.000 perbedaan yang telah Mill temukan.”
“Pada tahun 1689, Richard Simon menerbitkan hasil studinya atas tradisi naskah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam buku berjudul Sejarah Kritik Naskah Perjanjian Baru, yang antara lain menyatakan: apakah mungkin... kalau Allah memberikan kepada umat-Nya buku-buku sebagai Aturan untuk melayani Dia, tetapi Dia pada saat yang sama membiarkan naskah yang pertama dan asli dari buku-buku itu hilang sejak awal berdirinya Agama Kristen ?”
Selain itu penulisan Perjanjian Baru yang ada selang waktu yang cukup lama setelah kenaikan Yesus Kristus, membuat banyak pihak yang skeptis akan keakuratannya :
“Injil yang paling duluan ditulis itu Injil Markus yakni ditulis sekitar tahun 70an Masehi sedangkan Yesus meninggal sekitar tahun 30an.
Pertanyaannya: Apakah isi Injil tersebut 100% sama dengan apa yang dikatakan Yesus ?”
“Injil ditulis oleh orang-orang yang bahkan tidak pernah berjumpa langsung dengan Yesus. Bahkan Paulus yang sempat hidup pada zaman Yesus hidup ternyata tidak pernah bertemu Yesus langsung. Selagi Yesus masih hidup, Paulus sering mengejar-ngejar dan menyiksa pengikut Yesus. Ketika Yesus sudah meninggal, Paulus mengaku bertemu dengan Yesus, dalam perjalanannya ke Damsyik, yang memanggilnya dari langit dan menyuruh Paulus bertobat.”
“Injil yang kita punyai sekarang adalah bukan Injil yang asli dibuat pertamakali oleh penulisnya, tapi hanya berupa salinannya.. Salinan tertua diperkirakan dibuat pada tahun 200an.
Siapa yang berani menjamin keasliannya dalam jarak yang panjang seperti itu.”
“Jika kita membaca isi Injil, maka jelas ada perkataan-perkataan yang dibuat oleh penulisnya.”
Alkitab juga diragukan kebenarannya, karena banyak ayat yang saling kontradiksi, seperti :
“Bencana yang menimpa Israel akibat penyembahan Baal dan Peor telah membunuh 24.000 orang menurut Musa. Tetapi Paulus mencatat hanya 23.000 orang dalam 1 Korintus 10:8”
“Di dalam Matius 27:9-10, Matius menyebutnya dari Yeremia, padahal bagian utama dari kutipan itu diambil dari Za. 11:12-13.”
Dan serangan terhadap kebenaran Injil, khususnya ayat-ayat yang menyatakan Yesus sebagai Tuhan diragukan kebenarannya :


Pertentangan 1
a.Matius, fasal 3 ayat 17 “Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.’”
b.Matius, fasal 5 ayat 9 “Berbahagialah orang yang membawa damai, kerana mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Ayat di atas bertentangan kerana yang disebut anak Allah tidak hanya Yesus tetapi semua orang yang mendamaikan manusia.
Pertentangan 2
a.Yohanes, fasal 14 ayat 9 “Barangsiapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa” dan ayat 10, “tidak percayakah engkau, bahwa aku ini di dalam Bapa, dan Bapa pun di dalam Aku? Segala perkataan yang Aku ini katakan kepadamu, bukanlah Aku katakan dengan kehendak sendiri, melainkan Bapa itu yang tinggal dalam Aku. Ia mengadakan segala perbuatan itu.”
b.Yohanes, fasal 17 ayat 23 “Aku di dalam mereka itu, dan Engkau di dalam Aku; supaya mereka itu sempurna di dalam persekutuan.”
Kata “mereka” di ayat 23 adalah sahabat Yesus. Sedangkan yang dimaksud ‘dengan aku’ ialah Yesus. Jadi frasa ‘Aku bersama mereka’ artinya Yesus beserta sahabat-sahabatnya. Jadi Tuhan itu berserta Yesus dan para sahabatnya. Kalau umat Kristian percaya hal kesatuan Yesus dengan Bapa, maka umat Kristian pun harus percaya hal kesatuan Bapa itu dengan semua sahabat Yesus yang berjumlah 12 orang. Jadi bukan Yesus dan Roh Suci saja yang menjadi satu dengan Tuhan, melainkan harus ditambah 12 orang lagi. Ini namanya persatuan Tuhan atau Tuhan persatuan, dan bukan hanya Tri-Tunggal, tetapi 15 Tunggal. Jadi mana yang benar? Tiga menjadi Tunggal atau 15 menjadi Tunggal?
Bagaimana mungkin Alkitab tidak bisa salah, jika yang menulis adalah manusia ?
II.Kebenaran dari Problematika Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Penyataan Allah
Allah menyatakan diri-Nya melalui kemampuan alamiah yang dimiliki oleh manusia. Dan perwujudan yang tertulis dari penyataan Allah adalah Alkitab. Menurut Henry C. Thiessen ada beberapa alasan untuk percaya Alkitab adalah penyataan Allah :
1.Alasan Apriori
Allah berkenan menolong manusia yang telah jatuh di dalam dosa. Manusia memerlukan petunjuk-petunjuk yang tidak mungkin salah mengenai masalah yang paling penting dalam hidup ini, yaitu kesejahteraan kekal. Dengan sifat-sifat yang dimiliki Allah, Dia mampu menyatakan diri-Nya melalui tulisan agar manusia mengalami keselamatan.
2.Alasan Analogi
Seperti sarana komunikasi yang diperlukan antara pribadi-pribadi, Allah menggunakan Alkitab guna terjalin komunikasi inteligensi dengan manusia. Dan karena Allah penuh panjang sabar dan baik, maka Allah betul-betul mau menyatakan diri-Nya agar manusia bisa ditolong.
3.Alasan Kenyataan Alkitab Tidak Bisa Dimusnahkan
Banyak pihak, baik negara Romawi maupun peraturan-peraturan kegerejaan, berusaha memusnahkan Alkitab. Makin luas usaha memusnahkan Alkitab, makin luas Alkitab tersebar. Namun Alkitab menunjukkan wibawa adikodratinya, dan dewasa ini sudah dibaca oleh berjuta-juta orang di seluruh dunia. Kenyataan bahwa Alkitab tidak dapat dimusnahkan menandaskan bahwa Alkitab merupakan wujud suatu penyataan ilahi.
4.Alasan Sifat Alkitab
Alkitab adalah wujud penyataan Allah bisa terlihat dari isi dan kesatuannya. Alkitab berisi kejatuhan manusia dari dosa, hukuman kekal, menganggungkan sifat-sifat Allah, ketritunggalan Allah, dan Allah menyediakan keselamatan bagi orang berdosa, dan lain-lain. Pastilah kitab ini ditulis oleh Allah yang Maha Kuasa. Juga perhatikan kesatuan Alkitab. Walau ditulis sekitar empat penulis berbeda selama rentang waktu 1.600 tahun, amanatnya satu. Dengan kisah dan ajaran yang tidak saling bertentangan namun saling melengkapi. Hal ini bisa demikian karena Allah yang mengilhami seluruh Alkitab.
5.Alasan Pengaruh Alkitab
Alkitab sangat mempengaruhi terciptanya karya-karya yang indah, undang-undang dasar berbagai negara. Bukan hanya itu, pengaruh Alkitab telah mengubah dan membaharui berjuta-juta orang.
6.Alasan Nubut yang Digenapi
Nubuat yang digenapi menunjukkan bahwa para penulis nubuat-nubuat dalam Alkitab memiliki sejenis pengetahuan yang bersifat adikodrati. Siapa yang mampu meramalkan dan melihat hal-hal yang jauh sebelum semua peristiwa itu sendiri terjadi ? Semua ini membuktikan lagi bahwa Alkitab adalah wujud penyataan Allah.
7.Tuntutan Alkitab Sendiri
Alkitab tidak hanya menegaskan bahwa dirinya merupakan penyataan dari Allah, tetapi juga bahwa dirinya merupakan rekaman yang mutlak sempurna dari penyataan ilahi. Dalam Pentateukh kita sering menemukan kalimat yang berbunyi, “Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, demikian…” (Kel 14:1; Imamat 4:1). Paulus menegaskan bahwa apa yang dituliskannya itu merupakan perintah Tuhan sendiri (1 Kor 14:37).
Kedudukan Alkitab dalam Penyataan Allah harus dilihat dari 2 segi, yaitu :
1.Sebagai kesaksian tentang Penyataan Allah yang intinya berisi tentang sejarah penebusan-Nya dan bermaksud menyediakan keselamatan.
2.Sebagai wujud Penyataan Allah itu sendiri melalui kata-kata (yang tertulis) yang mengartikan tindakan-tindakan Allah. Keduanya perlu untuk keselamatan tetapi dengan cara yang berbeda dengan maksud untuk menyediakan pengetahuan yang tepat dan lengkap mengenai keselamatan itu.
Jadi proses inskripturasi sangat diperlukan untuk menghindari bahaya pengrusakan atau perubahan isi penyataan itu oleh manusia, kelemahan ingatan manusia untuk menyimpan Firman Allah itu dan kebutuhan gereja di segala abad. Kata-kata Pinnock merupakan kesimpulan yang tepat mengenai kedudukan Alkitab dalam penyataan Allah yaitu : "The Bible is the witness to and graphical residue of the divine act-word event, the locus in which God's revealing activity now takes place. It represents both the culmination of revelation and its primary product"

Pengilhaman
Pengilhaman bukanlah ajaran yang dipaksakan oleh para teolog terhadap Alkitab. Tetapi merupakan ajaran Alkitab sendiri.
2 Tim 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran.
Kata “tulisan” ini aslinya ditulis dalam bahasa Yunani yaitu graphe. Dalam Perjanjian Baru tertulis 50 kali dan selalu menunjuk kepada bagian Alkitab. Kesimpulannya bahwa segenap Alkitab datang dari Allah untuk menunjukkan kepada kita bagaimana kita hidup.
2 Pet 1:21 sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh
dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
Ayat ini memberitahukan dengan jelas bagaimana Allah memakai penulis manusiawi untuk menghasilkan Alkitab. Roh Kuduslah yang mendorong dan mengangkat mereka. Alkitab bukanlah atas dasar inisiatif manusia. Kesimpulannya bahwa Allah memakai manusia dan memberikan kepada kita sebuah kitab yang seluruhnya benar.
1Kor 2:13 Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang
mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan
yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.
Di sini Paulus menyatakan bahwa wahyu Allah datang kepada kita dalam kata-kata. Hal ini membantah yang menyatakan bahwa pengilhaman hanya berhubungan dengan pikiran yang Allah ingin kita mengetahuinya, tetapi tidak menyangkut kata-kata bagaimana pikiran itu dinyatakan. Kesimpulannya bahwa kata-kata yang dipakai dalam Alkitab adalah diilhami.
Definisi pengilhaman yang tepat haruslah dibuat berdasarkan data Alkitab mengenai masalah ini seperti yang diuraikan di atas. Kerangka sederhana dari definisinya adalah : Allah memimpin para penulis sehingga mereka menuliskan pesan-Nya dalam Alkitab.
Definisi yang lebih berisi adalah demikian : Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab itu menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesan-Nya kepada manusia dalam bentuk kata-kata pada penilisan aslinya.
Kata inspirasi juga berkaitan dengan proses, dimana Roh Kudus membimbing penulisan Firman Tuhan. Tetapi yang pasti inspirasi tidak berarti bahwa Allah mendikte pesan-pesannya pada mereka yang menulis Alkitab. Apa yang terjadi adalah Roh Kudus mengkomunikasikan Firman Allah kepada penulis manusia.

Iluminasi
Iluminasi berbicara tentang pertolongan Roh Kudus di dalam membantu kita untuk mengerti dan mengaplikasikan Firman Tuhan (Yoh 16:13-15; 1 Kor 2:9-16; 2 Pet 1:21). Iluminasi tidak sama dengan wahyu, karena kanon sudah ditutup. Roh Kudus menerangi arti kanon yang sudah ditutup itu, dan Dia melakukannya melalui studi dan renungan.
BAGAIMANA PERANAN ROH KUDUS DALAM ILUMINASI:
1.ROH KUDUS SEBAGAI GURU
Yesus berjanji bahwa Roh Kuduslah yang akan memimpin kita kepada segala kebenaran (Yoh 16:13). Ialah yang memberi penerangan batin ketika kita dengan rindu dan haus merenungkan kebenaran di dalam Alkitab.
2.ROH KUDUS MEMBANTU KITA MEMAHAMI BAGIAN-BAGIAN ALKITAB YANG SUKAR
Harus diakui bahwa ada bagian-bagian di dalam Alkitab yang sukar dipahami. Hal itu mungkin terjadi karena: waktu penulisan yang sudah lama, latar belakang yang berbeda, bahasa dan budaya yang berlainan, dll. Roh Kuduslah yang akan menyatakan arti (makna) bagian-bagian tersebut jika kita meminta kepada-Nya. Bila kita melihat ada
3.ROH KUDUS MEMBERI KEKUATAN AGAR KITA MENJADI PELAKU FIRMAN
Bagian terpenting dari pemahaman kita terhadap Alkitab adalah MELAKUKANNYA. Kebenaran Alkitab tidak dimaksudkan untuk memenuhi kepala tetapi hati. Pemahaman, sedalam apapun, akan menjadi sia-sia tanpa diaplikasikan.
Iluminasi bukan hanya menyangkut pengertian fakta-fakta tetapi dengan penggunaan fakta-fakta itu untuk meningkatkan keserupaan dengan Kristus.

Interpretasi
Alkitab juga ditulis oleh manusia. Alkitab perlu interpretasi justru karena penulis-penulis manusia dilibatkan, dan bahasa manusia sudah pasti terbatas dalam menyampaikan makna. Bahasa, bagaimana pun jelasnya, tidak dapat menjelaskan hal-hal di balik bahasa itu sendiri. Salah satu perbincangan yang sangat mengasyikkan dan menantang dalam studi Alkitab masa kini adalah interpretasi atau hermeneutika. Menurut Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, editor dalam buku ini, hermeneutika tidak hanya menyita perhatian para ahli saja, tetapi juga menimbulkan kebingungan terhadap publik pada umummya. Alkitab merupakan suatu karya sastra, suatu bentuk komunikasi yang disusun berdasarkan: pengirim atau pengarang; pesan atau teks; penerima atau pembaca.
Sepanjang abad-abad pertama kekristenan, perhatian utama kebanyakan interpretasi adalah pada pesan. Saat itu, tugas interpretasi adalah menerjemahkan pesan ke dalam dunia baru atau dunia makna. Pada abad Pertengahan dikembangkan menjadi empat cara interpretasi yang hingga saat ini masih berpengaruh.
Cara-cara tersebut adalah cara sastrawi, alegoris, moral, dan eskatologis. Di antara keempat cara ini, hanya makna elegoris dari tekslah yang sangat populer, kerena Alkitab memperoleh interpretasi yang tak terkira banyaknya. Menurut pendekatan ini, teks benar-benar bermaksud mengatakan sesuatu yang lain dari apa yang diungkapkan secara harfiah (sastra). Isinya ialah bahwa makna mistik lebih dalam tersembunyi di balik kata-kata. Misalnya, kisah Maria dari Betania yang mendengarkan Yesus, sementara Marta mempersiapkan makanan secara alegoris ditafsirkan bahwa kehidupan kontemplatif yang dilambangkan oleh Maria adalah panggilan lebih luhur daripada kehidupan aktif yang dilambangkan Marta.
Berikut prinsip-prinsip Hermeneutik yang wajar :
1.Tafsirkan secara tata bahasa.
2.Tafsirkan menurut konteksnya
3.Bandingkan nats yang satu dengan nats yang lain dalam Alkitab
4.Pewahyuan diberikan secara progresif

Inneracy
Inspirasi membawa implikasi bahwa Alkitab tidak menyesatkan dan dapat dipercaya sepenuhnya (infallible) dan tidak mengandung kekeliruan atau kesalahan (inerrant). Walaupun infallibility dan inerrancy bukannya istilah Alkitabiah akan tetapi maksudnya adalah alkitabiah. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Alkitab infallible tetapi tidak inerrant karena mereka melihat adanya berbagai kekeliruan dalam Alkitab yang menyangkut sejarah, geografi, biologi atau kosmologi. Namun kedua-duanya baik infallibility maupun inerrancy Alkitab harus ditekankan jika kita berpegang pada fakta bahwa Allah adalah Pengarang Alkitab sesuai dengan uraian tentang theopneustos di atas.
Istilalah "innerancy" sendiri adalah sebuah kata yang relatif muda dalam bahasa Inggris. Awalnya berasal dari kata "Inneranheia' sebagai bentuk partisip dari kata benda. "inerro". Secara etimologis inerrancy didefinisikan sebagai kualitas atau kondisi dari kebenaran yang tanpa salah, bebas dari kesalahan. Sedangkan inerrant berarti tidak berbuat kesalahan.
Sebaliknya istilah "errant" berarti tindakan atau keadaan yang salah dalam pandangan; sesuatu yang dilakukan secara tidak tepat karena ketidaktahuan atau karena tidak hati-hati.
Jadi ineransi adalah suatu keyakinan bahwa Alkitab secara keseluruhan (PL & PB) adalah Firman Allah yang tertulis dan tanpa salah. Berarti bahwa Alkitab harus dipahami dan ditafsirkan dari sudut pandang latar belakang kebudayaan dan komunikasi yang ada pada waktu penulisannya. Kepercayaan terhadap Alkitab yang ineran adalah kepercayaan yang rasional. Hal itu sebenarnya sudah merupakan suatu tradisi kristen yang konstan bahkan sudah merupakan sebuah ajaran yang sudah umum dikenal oleh seluruh penulis Kristen mula-mula. Mereka percaya bahwa apa yang tertulis dalam Alkitab adalah karya inspirasi Allah sehingga Alkitab dapat diandalkan dan ineran adanya.
Keyakinan terhadap ineransi adalah keyakinan terhadap pribadi Allah yang sifat-Nya adalah kebenaran dan perkataan-Nya tidak mungkin keliru, palsu, menipu atau menyesatkan namun tentunya mampu mengkomunikasikan Firman-Nya dengan tepat sekalipun melalui manusia-manusia pilihan-Nya yang terbatas.
Inilah landasan keyakinan terhadap ineransi. Hal ini berarti bahwa orang yang menyingkirkan ajaran tentang ineransi dari Alkitab sama saja menyingkirkan "raison d'etre" (alasan bagi eksistensi) Alkitab and konsistensinya pekerjaan Allah.
Pengajaran mengenai ketidaksalahan merupakan unsur dasar dari kewibawaan Alkitab dan sesuatu yang diperlukan bagi gereja Kristus yang sehat, dalam suatu usaha memenangkan gereja kembali kepada posisi sejarah. Berkaitan dengan perbedaan antara naskah-naskah asli dan salinan-salinan untuk menggambarkan kesalahan-kesalahannya, Jhon D. Woodbridge dan Randall Balmer mengutip pernyataan dari Charles Hodge dalam tulisannya sebagai berikut :
The autographs appear to have perished early and the copies which were taken, become more or less subject to those errors, which arise from the mistakes of transcribers. The false correction of commentators and critics,
from marginal notes and from other sources (dalam Carson, 1983:266).
Dengan demikian ketaksalahan Alkitab yang dimaksudkan adalah ketaksalahan
pada naskah-naskah asli (original authographs) dan bukan pada naskah salinan
atau versi-versi terjemahan Alkitab.
Selain itu, kita juga bisa menerima ketidakkeliruan Alkitab karena Yesus sendiri mengakui kebenaran Alkitab. Berikut beberapa bukti dari Yesus akan ketidakkeliruan Alkitab. Matius 4:1-11, Yesus menerima pengilhaman sepenuhnya dari Alkitab, dengan menjawab bahwa manusia hidup oleh setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. Saat pencobaan kedua, Yesus mengutip atau memegang janji Mzm 91:11-12 bahwa para malaikat Allah akan menjaga-Nya. Yesus juga selalu menjawab, “ada tertulis”, Dia tidak berkata, “Alkitab bersaksi”. Dia percaya kepada pernyataan Alkitab mengenai penyapai kebenaran di dalamnya dan mengenai diri-Nya dan menyampaikannya dengan teliti.
Bukti lain adalah penggunaan peristiwa sejarah dalam Perjanjian Lama dengan cara meyakinkan bahwa Dia sepenuhnya percaya sebagai sejarah yang faktual. Dia mengakui bahwa Adam dan Hawa adalah dua manusia yang benar-benar hidup, bukan hanya lambang manusia laki-laki dan wanita (Mat 19:3-5;Mark 10:6-8). Dia membenarkan kisah-kisah yang berhubungan dengan air bah pada zaman Nuh (Mat. 24:38-39;Luk 17:28-29). Dia mengesahkan atau membenarkan penghancuran Sodom oleh Allah dan historisitas Lot dan istrinya (Mat 10:15; Luk 17:28-29). Dan masih banyak pengesahan Perjanjian Lama yang dikatakan oleh Yesus sendiri.
Penegasan langsung juga dikatakan Yesus di Matius 5:17-18, “Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Apakah yang sudah kita pelajari dari sikap Tuhan terhadap Alkitab ? (1) Ejaan kata-kata dapat dipercaya sepenuhnya dan tidak satu janji pun akan digenapi dengan cara lain dari tereja dalam Alkitab. (2) Satu-satunya cara Alkitab kehilangan wibawanya kalau mengandung kekeliruan, tetapi Kristus mengajarkan bahwa Alkitab tidak bisa dibatalkan. Demikian Dia mempercayai sebagai tanpa kekeliruan. (3) Tuhan menyusun argumen yang rumit atas kata demi kata dan bahkan keterangan waktu dari kata kerjanya.

Kanon Alkitab (Bibiology)
Sebuah kitab disebut otentik bila mengisahkan fakta-fakta sesuai dengan apa yang terjadi. Kitab itu dikatakan tidak otentik lagi bila naskahnya telah mengalami perubahan dalam cara apa pun juga.
Kredibilitas kitab-kitab Perjanjian Lama ditetapkan oleh kedua kenyataan besar :
1.Bukti berdasarkan pengakuan Kristus terhadap Perjanjian Lama
2.Bukti berdasarkan sejarah dan arkeologi
Kredibilitas kitab-kitab Perjanjian Baru dapat ditetapkan oleh empat fakta besar :
1.Para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru adalah orang-orang yang mengetahui betul apa yang ditulisnya.
2.Para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru adalah orang-orang yang jujur.
3.Tulisan mereka saling melengkapi.
4.Isi kitab-kitab Perjanjian Baru cocok dengan sejarah dan pengalaman.
Istilah kanon berasal dari kata Yunani kanon. Artinya, pertama-tama, sebuah tongkat; kemudian menjadi berarti tongkat pengukur; dan akhirnya menjadi tolok ukur atau patokan. Kedua, kanon juga berarti keputusan berwibawa dari sebuah dewan gereja; dan ketiga, bila dikaitkan dengan Alkitab, kanon berarti kitab-kitab yang telah diselidiki, dan dinyatakan memenuhi syarat, serta diakui sebagai diilhamkan oleh Allah sendiri.
Pembagian kitab-kitab Perjanjian Lama menjadi tiga kelompok. Taurat, nabi-nabi, dan Ketubim. Kitab-kitab Pentateukh dikumpulkan di bagian permulaan Alkitab karena diyakini bahwa kitab-kitab tersebut ditulis oleh Musa. Dalam kelompok kitab para nabi diterima hanya kitab-kitab yang diyakini telah ditulis oleh orang yang bertugas penuh sebagai nabi. Kitab Ketubim dibagi menjadi kitab-kitab puisi: Mazmur, Amsal, dan Ayub. Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah, dan Ester disebut Megilot karena dibacakan pada saat perayaan-perayaan Yahudi seperti Paskah dan Pentakosta. Kitab Daniel, Ezra, Nehemia, dan Tawarikh digolongkan sebagai kitab-kitab sejarah yang bukan nubuat. Kitab Amos digolongkan bersama kitab nabi-nabi yang kemudian.
Pembentukan kanon Perjanjian Baru berdasarkan ajaran yang sesuai dengan ajaran para rasul. Penulis kitab haruslah seorang rasul Kristus atau harus memiliki hubungan sedemikian rupa dengan seorang rasul sehingga kitabnya dapat dianggap setingkat dengan buah pena seorang rasul. Faktor lainnya dalam menentukan pilihan ialah kecocokan untuk dibaca di depan umum. Dan faktor yang ketiga ialah keuniversalannya. Adalah kitab itu diterima sebagai kitab secara umum oleh masyarakat Kristen ? Lagi pula kitab itu haruslah memiliki sifat rohani sedemikian yang membuatnya dapat diterima dalam kanon. Akhirnya, kitab itu harus menunjukkan tanda-tanda telah diilhami oleh Roh Kudus.

III.Konsekuensi dari Kebenaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru bagi Umat Manusia
Iman yang sejati hanya dapat dibangun di atas landasan firman Tuhan (Alkitab)
Tuhan Yesus pernah menceritakan perumpamaan tentang Lazarus dan orang kaya (Lukas 16:19-31). Dalam bagian terakhir dari perumpamaan tersebut si orang kaya mengatakan, "Kalau ada orang yang bangkit dari kematian, pastilah saudara-saudaraku akan bertobat." Untuk pernyataan tersebut Abraham menjawab, "Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi (firman yang tertulis) mereka tidak juga akan mau diyakinkan sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
Iman hanya dapat dibangun di atas landasan firman Allah yang tertulis. Kalau manusia tidak dapat mempercayai firman yang tertulis mereka sudah pasti tidak akan percaya meskipun melihat orang mati bangkit dari kematian. Ini betul-betul merupakan salah satu keunikan iman Kristen. Banyak orang yang berpikir bahwa mereka akan percaya kalau mereka melihat "bukti-bukti dan keajaiban-keajaiban". Dan memang ada ribuan orang yang menjadi "Kristen" (datang ke gereja dan melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatannya) setelah melihat dan mengalami sendiri keajaiban-keajaiban tersebut. Tetapi Alkitab mengingatkan dengan tegas sekali bahwa illuminasi tidak sama dengan regenerasi. Hal datang ke gereja dan terlibat dengan "agama Kristen" tidak sama dengan hal "percaya dan diselamatkan".
Oleh sebab itu kepada Tomas yang menuntut bukti, Tuhan Yesus berkata, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat bukti-bukti dan keajaiban-keajaiban, namun percaya" (Yohanes 20:28). Bahkan secara demonstratif Alkitab juga menyaksikan bahwa "setiap pahlawan iman" (baca: Ibr. 11) "tidak memperoleh" apa yang dijanjikan meskipun iman mereka telah memberikan kesaksian yang kuat (ayat 39). Mereka yang sakit tidak disembuhkan, yang dipenjara tidak dibebaskan, yang dianiaya tidak ditolong. Mereka tidak mengalami "keajaiban-keajaiban ilahi" seperti apa yang mereka inginkan dan toh mereka tidak kehilangan iman mereka. Iman yang sejati hanya dapat dibangun di atas landasan firman Tuhan.
Orang Kristen yang mengenal Allah adalah orang Kristen yang mengenal dan bergaul dengan Allah Alkitab
Allah Alkitab adalah Alkitab yang menyingkapkan diri-Nya melalui Alkitab. Ia adalah Allah yang hidup, yang tidak dikenal dunia (1Kor. 2:9). Allah yang unik yang mengutus anak-Nya ke dalam dunia untuk mati demi pembebasan manusia dari jerat dosa. Banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa Alkitab merupakan penyingkapan diri Allah sendiri. Mereka berpikir bahwa Alkitab hanyalah kitab yang menyingkapkan "kehendak-kehendak Allah" dalam kehidupan praktis saja. Tidak heran jikalau 90% dari eksistensi Allah tidak pernah benar-benar dikenal oleh manusia. Kalaupun umat Kristen tahu bahwa Allah adalah Allah Tritunggal, Allah yang menjadi manusia, Allah yang mengosongkan diri-Nya, mereka tidak memahami apa hubungan antara eksistensi Allah tersebut dengan realita kehidupan iman sehari-hari. Pergaulan dengan Allah bagi banyak orang Kristen hanyalah pergaulan dengan "kehendak-kehendak Allah dalam hal-hal praktis" saja. Akibatnya pergaulan dan perkenalan yang sesungguhnya tidak pernah terjadi.
Dengan kata lain, banyak orang Kristen yang "merasa" sudah mengenal Allah, padahal (barangkali) mereka belum betul-betul mengenal Dia. Di tengah arus globalisasi dengan semangat anti doktrin yang ada pada zaman ini pengenalan akan eksistensi Allah seperti yang disaksikan Alkitab semakin sulit. Iman Kristen dipaksa untuk menjadi "agama Kristen" di mana pengenalan akan keunikan Allah seperti yang disaksikan Alkitab tidak mendapat tempatnya lagi. Yang penting adalah "kesatuan dan persatuan" dan untuk itu umat Kristen harus menanggalkan "keunikan-keunikan iman" yang bisa menjadi tembok-tembok pemisah. Keunikan pergaulan dengan Allah Alkitab yang bisa menghasilkan eksklusifitas dan intoleransi tidak perlu dipertahankan lagi. Akibatnya umat Kristen semakin tidak mengenal Allah yang mereka sembah. Di tengah kondisi yang seperti inikah umat Kristen hidup, dan mereka harus menyaksikan "keotentikan" iman mereka. Apakah Allah yang mereka sembah benar-benar adalah Allah yang hidup? Umat Kristen menghadapi suatu dilemma. Satu pihak mereka menyadari betapa di tengah arus globalisasi, kesatuan dan persatuan harus diperjuangkan, tetapi pihak lain mereka juga terpanggil untuk menyaksikan "keunikan" iman mereka pada Allah yang unik. Ini adalah dilemma yang tidak pernah akan terselesaikan kecuali dalam iman yang sejati kepada Dia yang membebaskan. Untuk itu umat Kristen membutuhkan "keberanian" yaitu keberanian untuk mengutamakan pengenalan akan Allah yang unik tersebut lebih dari segala-galanya. Mereka harus menyadari bahwa pengenalan yang sejatilah yang akan memberikan kekuatan pembebasan dari segala macam dilemma. Pengalaman dengan Allah yang sejati tak dapat dibuat-buat. Kita sendiri tahu apakah kita sebagai umat Kristen benar-benar sudah mengenal Allah yang sejati. Kita tahu apakah kita sudah memiliki "tanda-tanda" pengenalan tersebut.
D. James Kennedy mengatakan, “Yang paling menyenangkan dari misteri-misteri dalam Alkitab adalah bahwa misteri-misteri itu dapat diungkapkan, dan sebagian besar dari misteri itu dapat diungkapkan jauh dari apa yang kita perkirakan. Apa yang saling bertentangan itu sebenarnya adalah untuk saling melengkapi agar dapat memberikan gambaran spiritual yang lebih utuh. Apa yang diperkirakan sebagai kontradiksi antara kisah-kisah dalam Alkitab (seperti catatan Injil yang berbeda-beda tentang sebuah peristiwa yang sama) tidak lain adalah perbedaan dalam pilihan rincian mana yang harus dituliskan dan mana yang dirasakan tidak perlu. Aku yakin iman Anda akan makin kuat dan makin besar sewaktu kita bersama-sama menjelajahi misteri-misteri dalam Alkitab untuk menemukan solusinya.”

DAFTAR PUSTAKA
Misquoting Jesus: Kesalahan Penyalinan dalam Perjanjian Baru, Bert D. Ehrmanhttp://malay.bismikaallahuma.orgTeologi Dasar 1, Dr. Charles C. RyrieTeologi Sistematika, Henry C. ThiessenIman atau Tingkah Laku Agama ? Pdt. Yakub B. Subsada, Phd. (Buletin Momentum)
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM
Mengungkap Misteri-Misteri dalam Alkitab, D. James Kennedy
Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, R.C. Sproul

No comments: