Anda diciptakan sama,namun anda diselamatkan untuk menjadi "BERBEDA"

06 May 2008

NEHEMIA - CERITA KEPEMIMPINAN LENGKAP

Saya memilih Nehemia sebagai tokoh dalam Alkitab yang menjadi pemimpin berhasil, selain kemampuan kepemimpinannya, juga Nehemia memiliki kepribadian yang mendukungnya menjadi pemimpin yang berpengaruh.

Latar Belakang Keluarga
Nehemia adalah salah seorang buangan Yahudi. Saat dalam pembuangan, Nehemia menepati posisi pekerjaan yang menonjol, bekerja di lingkungan Puri Susan sebagai juru minuman Raja Artahsasta (raja Persia).
Takkala Nehemia berada dalam lingkungan istana yang nota bene aman, nyaman dan prestise, tidak demikian dengan keluarga Nehemia yang masih berada di Yerusalem. Di katakan mereka dalam penderitaan dan kesukaran besar. Tembok kota Yerusalem, yang seharusnya jadi benteng perlindungan rakyat, telah hancur.
Panggilan
Walau secara fisik Nehemia merasakan kenyamanan yang terjamin, tidak demikian dengan hatinya. Ini terbukti dari keingintahuannya atas keadaan atau penderitaan yang dialami saudara-saudaranya yang ada di Yerusalem.
Melalui saudaranya Hanani, Nehemia tahu bahwa orang-orang yang di Yerusalem masih dalam kesukaran besar. Atas jawaban Hanani yang tidak mengembirakan, membuat hati Nehemia menjadi sedih.
Dikatakan siang malam dia berdoa buat Yerusalem. Perlu dicatat, Nehemia menjadi sedih bukan hanya memikirkan keluarga dekatnya saja, yang masih ada di sana. Saya percaya, dengan jabatan Nehemia saat itu, dia bisa membantu secara financial akan kelangsungan kebutuhan sehari-hari keluarganya. Namun jauh dari itu, dia memikirkan umat pilihan Allah yang sedang menderita.
Bisa dikatakan, karena kepeduliannya yang begitu besar, dia dapat menanggapi panggilan Allah dalam hidupnya. Tampak jelas di Nehemia 1:4a: “ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari.” Dia menangis dan berkabung bukan hanya pada saat dia mendengar berita buruk saja, lalu sudah melupakannya. Dikatakan dia menangis dan berkabung beberapa hari, inilah bukti kepedulian yang begitu besar yang ditunjukkan oleh Nehemia. Bahkan kesedihannya tampak sampai berbulan-bulan, karena dia mendengar berita buruk dari saudaranya Hanani itu sekitar bulan November-Desember dan wajahnya kelihatan muram oleh raja Artahsasta itu sekita bulan Maret-April. Jelas sekali, walau hingar bingar lingkungan pekerjaannya, tidak membendung hatinya yang pedih karena kepeduliannya yang begitu besar.

Visi
Karena kepeduliannya yang begitu besarlah menjadi alasan Nehemia bisa mewujudkan visi pribadinya. Visi pribadi Nehemia ditetapkan persis dengan yang Tuhan inginkan. Dapat kita lihat di Nehemia 2:12a: “…Aku tidak beritahukan kepada siapapun rencana yang akan kulakukan untuk Yerusalem, yang diberikan Allahku dalam hatiku.” Tuhan menaruh di dalam hatinya visi, dan visi itulah yang dijadikan visi pribadinya. Jadi visi Tuhan sangat spesifik dan pribadi. Setiap kita pasti memilikinya.
Apa visinya itu ? Dapat kita ketahui saat Nehemia mengkomunikasikan visinya kepada orang lain di Nehemia 2:17 : "Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela."
Visi Nehemia adalah membangun kembali tembok Yerusalem, sehingga bangsa Yahudi tidak ditindas, dan nama Tuhan dimuliakan. Uniknya, visinya menembus 2 batas. Batas fisik (kesejahteraan, keamaan kota melalui pembangunan tembok), juga rohani (nama Tuhan yang dimuliakan).
Bidang yang ditangani
Nehemia memiliki tugas yang tidak ringan. Dia harus membangun kembali tembok Yerusalem yang sudah menjadi puing. Selain membangun tembok, dia juga mengalami tantangan musuh, karena saat itu bangsa Yahudi sedang dijajah, sehingga tidaklah mudah baginya untuk membangun tembok Yerusalem. Keran tembok suatu kota identik dengan pertahanan dari serangan musuh.
Selain itu, dia harus memobilisasi rakyat yang dalam kondisi miskin. Mereka akan sibuk dengan kebutuhan mereka sehari-hari, dan tidak mudah untuk meyakinkan mereka untuk membangun tembok. Juga kehilangan kepemimpinan yang baik, menjadikan mereka skeptis terhadap ajakan Nehemia. Karena sebagian dari pemimpin mereka adalah orang yang korup, perhatikan Nehemia 5:15: “Tetapi para bupati yang sebelumnya, yang mendahului aku, sangat memberatkan beban rakyat. Bupati-bupati itu mengambil dari mereka empat puluh syikal perak sehari untuk bahan makanan dan anggur. Bahkan anak buah mereka merajalela atas rakyat. Tetapi aku tidak berbuat demikian karena takut akan Allah.”
Juga penghianat bangsa, perhatikan Nehemia 6:12 : “Karena kuketahui benar, bahwa Allah tidak mengutus dia. Ia mengucapkan nubuat itu terhadap aku, karena disuap Tobia dan Sanbalat.”

Sifat dan Prilaku Kepemimpinan
Nehemia adalah pemimpin yang rendah hati. Tampak sekali dari perjalanan kepemimpinannya. Ketika dia berdoa bagi pengampunan dosa bangsanya, dia tidak hanya menyalahkan bangsanya, namun dia juga meminta pengampunan dosa atas kesalahan dirinya sendiri dan keluarganya, Nehemia 1:6b : “dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa.”
Kerendahan hatinya juga terbukti dari kesadaran dirinya membutuhkan orang lain.
Pertama, dia butuh Tuhan. Langkah demi langkah dia secara konsisten berdoa kepada Tuhan, salah satu contohnya di Neh 1:11 “Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini." Ketika itu aku ini juru minuman raja.” Nehemia menyadari, Tuhanlah yang bisa mempengaruhi raja untuk mengijinkan Nehemia pergi membangun tembok, memberi surat kuasa untuk bupati-bupati selama dalam perjalanan dan membawa kayu-kayuan yang dibutuhkan.
Kedua, dia butuh orang lain. Contoh ekstrimnya, dia butuh musuh. Nehemia rela walau harus “mengemis” minta bantuan raja Artahsasta. Dengan kesopanannya, dia menunggu waktu yang tepat untuk berbicara kepada raja, untuk meminta ijin akan hal di atas.
Nehemia adalah pemimpin perantara umat-Nya. Pemimpin yang meminta belas kasihan Tuhan bagi pengikutnya, Nehemia 1:9 “Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana.”
Pemimpin yang bukan saja sukses menyelesaikan proyek yang kasat mata, namun membawa pengikutnya kepada jalan kebenaran Tuhan. Kesedihan Nehemia yang luar biasa terjadi saat pengikutnya tidak berjalan dalam kebenaran Tuhan, salah satu contohnya saat Nehemia menegor mereka yang tidak menghargai hari Sabat, Nehemia 13:15 “Pada masa itu kulihat di Yehuda orang-orang mengirik memeras anggur pada hari Sabat, pula orang-orang yang membawa berkas-berkas gandum dan memuatnya di atas keledai, juga anggur, buah anggur dan buah ara dan pelbagai muatan yang mereka bawa ke Yerusalem pada hari Sabat. Aku memperingatkan mereka ketika mereka menjual bahan-bahan makanan.”
Nehemia adalah pemimpin yang empatik. Sebagai juru minuman raja, sebenarnya tidaklah mendukung dirinya untuk sedih. Jauh dari suara jeritan penderitaan orang Yahudi. Semua kebutuhannya terpenuhi, tentu gaji yang dia terima tidaklah sedikit. Juga ketidakpedulian teman sebangsanya yang seprofesi dengannya tentu tidak mendukungnya untuk empatik, karena Alkitab tidak memberitahukan kalau teman seprofesinya membantu Nehemia dalam memperjuangkan pembangunan tembok. Namun, Nehemia tidak memilih memiliki sikap yang sama dengan temannya, yang tidak empatik. Sikap empatiknya sangat terbukti saat dia tetap muram walau sudah lama tidak mendengar kabar penderitaan bangsanya (5 bulan, dari bulan November hingga Maret), Nehemia 2:1 “Pada bulan Nisan tahun kedua puluh pemerintahan raja Artahsasta, ketika menjadi tugasku untuk menyediakan anggur, aku mengangkat anggur dan menyampaikannya kepada raja. Karena aku kelihatan sedih, yang memang belum pernah terjadi di hadapan raja.”
Nehemia adalah pemimpin yang mengelola resiko. Tiada hasil tanpa resiko, sia-sialah berusaha tanpa pandai mengelola resiko. Nehemia sangat pintar dalam mengelola resiko. Nehemia 2:2 bertanyalah ia kepadaku: "Mengapa mukamu muram, walaupun engkau tidak sakit? Engkau tentu sedih hati." Lalu aku menjadi sangat takut.” Sedikitnya ada 3 alasan dia takut. Pertama, takut akan nyawanya. Apabila raja menganggap permintaan Nehemia itu sebagai ancaman kedudukannya sebagai penguasa, maka yang biasa dilakukan adalah membunuh orang yang menjadi ancamannya. Kedua, Nehemia takut kalau permintaannya tidak dipenuhi. Takut tertolak, bisa jadi raja malah menyetop keinginan Nehemia, namun Nehemia memberanikan diri untuk berkata-kata, setelah dia berdoa sejenak dalam hatinya. Ketiga, Nehemia takut raja marah, karena mukanya yang muram tidak membuat raja senang. Karena saat itu, kewajiban semua pelayan raja untuk selalu membuat raja merasa gembira.
Nehemia adalah pemimpin yang dapat dipercaya. Dapat dipercaya bukanlah kemampuan yang bisanya karena dipelajari, namun kebiasaan yang menjadi gaya hidup seseorang. Nehemia telah memulainya, bukan memulainya saat dia menjadi pemimpin saat memimpin pembangunan tembok Yerusalem, namun dia sudah miliki sebelumnya. Ada beberapa bukti yang bisa kita setujui bahwa dia adalalah orang yang dapat dipercaya. Dengan posisinya sebagai juru minum raja, sudah membuktikan bahwa dia adalah orang yang dapat dipercaya. Karena juru minum raja bersentuhan langsung dengan raja, selain itu juga banyak pembicaraan rahasia yang akan didengar juga karena dia adalah orang buangan, tentu raja memilih orang-orang yang terbaik, dalam hal ini dapat dipercaya.
Juga kepercayaan itu tampak saat Nehemia meminta ijin tidak bekerja untuk sementara waktu, Nehemia 2:6 : “Lalu bertanyalah raja kepadaku, sedang permaisuri duduk di sampingnya: "Berapa lama engkau dalam perjalanan, dan bilakah engkau kembali?" Dan raja berkenan mengutus aku, sesudah aku menyebut suatu jangka waktu kepadanya.” Tampak jelas, raja dan permaisuri pada waktu itu, tidak mencurigai Nehemia untuk kabur dan tidak kembali lagi, atau memberontak kepada raja. Ini terbukti setelah pembangunan, Nehemia balik kembali untuk melayani raja, Nehemia 13:6 : “Ketika peristiwa itu terjadi aku tidak ada di Yerusalem, karena pada tahun ketiga puluh dua pemerintahan Artahsasta, raja Babel, aku pergi menghadap raja. Tetapi sesudah beberapa waktu aku minta izin dari raja untuk pergi.” Dia dapat dipercaya, karena dia selalu menepati janji-janjinya. Selain itu, saat dia meminta surat kuasa dan kayu untuk pembangunan tembok, selain bagian Tuhan yang membuat hati raja Artahsasta bermurah hati, juga ada bagian Nehemia yang dapat dipercaya. Raja percaya Nehemia tidak akan memimpin pemberontakan, dan raja percaya kalau Nehemia tidak berbohong.
Nehemia adalah pemimpin yang punya perencanaan. Pemimpin yang punya rencana dan tidak gegabah, Dia memulai rencana dengan menggunakan kuasa raja untuk memuluskan pembangunan tembok. Dia mulai mendoakannya, Nehemia 1:11b : “…biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini." Ketika itu aku ini juru minuman raja.”
Target awalnya ijin raja dan pengumpulkan kayu. Saat ditanya berapa lama dia akan meninggalkan pekerjaannya, Nehemia bisa langsung menjawab suatu waktu tertentu, tentu ini disebabkan karena dia sudah merencanakan sebelumnya, Nehemia 2:6 : “Lalu bertanyalah raja kepadaku, sedang permaisuri duduk di sampingnya: "Berapa lama engkau dalam perjalanan, dan bilakah engkau kembali?" Dan raja berkenan mengutus aku, sesudah aku menyebut suatu jangka waktu kepadanya.”
Setelah sampai di Yerusalem, Nehemia tidak berhenti untuk membuat rencana, Nehemia 2:12a : “Bangunlah aku pada malam hari bersama-sama beberapa orang saja yang menyertai aku. Aku tidak beritahukan kepada siapapun rencana yang akan kulakukan untuk Yerusalem…” Dia mengumpulkan fakta dan data untuk menyusun rencana, karena dengan fakta dan data itu, dapat kita baca di ayat selanjutnya, Nehemia dengan cepat membagi tugas dan susunan tahapan pekerjaan yang dilakukan, dalam proyek pembangunan tersebut, karena dia sudah merencanakannya.
Nehemia adalah pemimpin yang melihat fakta. Dasar keputusannya bukanlah perasaannya, apa kata orang, kebiasaan sebelumnya. Namun Nehemia memutuskan dengan dasar fakta di lapangan. Nehemia terjun sendiri ke lapangan untuk melihat secara langsung tembok yang sudah runtuh, guna mengambil keputusan. Tentu lebih mudah dia memanggil orang-orang untuk menceritakan kondisi tembok itu, namun tidak demikian yang dilakukan Nehemia. Saat teriakan protes warga kecil Yahudi atas penarikan pajak dan mengambil untung dari penjualan sesama Yahudi. Nehemia 5:6 : “Maka sangat marahlah aku, ketika kudengar keluhan mereka dan berita-berita itu.”
Kalau Nehemia bukan pemimpin yang melihat fakta, tentu dia tidak pernah mendengar jeritan itu karena ditutupi supaya tidak sampai ke telinganya, dan dia akan kesulitan memutuskan dengan benar dan tepat.
Nehemia adalah pemimpin yang komunikatif. Dia tidak menyimpan beban pembangunan ini hanya menjadi bebannya dia pribadi, Nehemia 2:17a : “Berkatalah aku kepada mereka: "Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar…” Selain itu dia bisa membagi apa yang menjadi visi kepada pengikutnya, Nehemia 2:18 : “Ketika kuberitahukan kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan juga apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: "Kami siap untuk membangun!" Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang baik itu.”
Terakhir, Nehemia berhasil membagikan rencananya, sehingga pengikutnya termotivasi, walau di titik ancaman, Neh 4:14-16 : “Kuamati semuanya, lalu bangun berdiri dan berkata kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu." Ketika didengar musuh kami, bahwa rencana mereka sudah kami ketahui dan bahwa Allah telah menggagalkannya, maka dapatlah kami semua kembali ke tembok, masing-masing ke pekerjaannya. Sejak hari itu sebagian dari pada anak buahku melakukan pekerjaan, dan sebagian yang lain memegang tombak, perisai dan panah dan mengenakan baju zirah, sedang para pemimpin berdiri di belakang segenap kaum Yehuda.” Nehemia berhasil berkat komunikasinya yang efektif.
Nehemia adalah pemimpin yang bersikap positif. Ancaman dan perkataan yang menjatuhkan, tidak bisa mengalahkan sikap positifnya. Setiap fase pembangunan; fase sebelum membangun dan sedang membangun, selalu muncul orang-orang yang mau menggagalkan semua rencana agung Nehemia. Sanbalat, orang Horon, dan Tobia, orang Amon, pelayan itu, dan Gesyem, orang Arab, trio yang kompak meremehkan kemampuan bangsa Yahudi saat ingin memulai membangun tembok Yerusalem. Namun Nehemia berhasil mematahkan dengan sikap positifnya, Nehemia 2:20 : “Aku menjawab mereka, kataku: "Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Kami, hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun. Tetapi kamu tak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!"
Setelah tembok mulai dibangun, mereka tetap memberikan kata-kata yang mematahkan semangat, namun Nehemi bersikap positif, Dia tidak mau tinggal diam dalam perkataan mematahkan semangat itu, Nehemia 4:6 : “Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.”
Saat ancaman bukan lagi datang dari perkataan negatif, namun serangan militer, Nehemia tidak kehabisan akal/strategi karena sikap positifnya, Nehemia 4:14 : “Kuamati semuanya, lalu bangun berdiri dan berkata kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu."
Nehemia adalah pemimpin yang team player (bekerja secara tim). Sungguh berbeda antara pemimpin dan pelaksana, Nehemia sangat tahu itu. Bukti dia adalah team player, dia mengajak orang lain untuk turut serta mewujudkan visinya, Neh 2:16-17a : “Para penguasa tidak tahu ke mana aku telah pergi dan apa yang telah kulakukan, karena sampai kini aku belum memberitahukan apa-apa kepada orang Yahudi, baik kepada para imam, maupun kepada para pemuka, kepada para penguasa dan para petugas lainnya. Berkatalah aku kepada mereka: "Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan…”
Saat bekerja, Nehemia tidak bekerja sendirian. Di pasal 3, sangat jelas bagaimana mereka semua bekerja sama untuk menyelesaikan proyek ini.
Selain itu saat dia dalam kesulitan, dia membagikan bebannya kepada pengikutnya, Nehemia 4:14a : “Kuamati semuanya, lalu bangun berdiri dan berkata kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "
Ketika terjadi ketidakberesan dalam pekerjaan, Nehemia mengungkapkannya kepada pengikutnya, karena dia sadar, ketidakberesan ini bisa mempengaruhi hasil kerja tim. Nehemia 5:7a : “Setelah berpikir masak-masak, aku menggugat para pemuka dan para penguasa. Kataku kepada mereka: “
Nehemia adalah pemimpin yang koordinatif. Pembagian tugas yang jelas dan efektif membuktikan dia adalah pemimpin yang baik dari segi koordinasi. Setiap orang tahu persis apa yang harus dilakukan, Nehemia 3:11-13 : “Malkia bin Harim dan Hasub bin Pahat-Moab memperbaiki bagian yang lain dan menara Perapian. Berdekatan dengan mereka Salum bin Halohesh, penguasa setengah wilayah Yerusalem yang lain mengadakan perbaikan bersama-sama anak-anak perempuannya. Pintu gerbang Lebak diperbaiki oleh Hanun dan penduduk Zanoah. Mereka membangunnya kembali dan memasang pintu-pintunya dengan pengancing-pengancing dan palang-palangnya. Pula tembok diperbaiki sepanjang seribu hasta sampai pada pintu gerbang Sampah.
Luar biasanya Nehemia, saat kepanikan datang (ancaman serangan untuk mengancurkan tembok yang sedang dibangun), dia tetap seorang koordinator yang baik, Nehemia 4:16-20 : “Sejak hari itu sebagian dari pada anak buahku melakukan pekerjaan, dan sebagian yang lain memegang tombak, perisai dan panah dan mengenakan baju zirah, sedang para pemimpin berdiri di belakang segenap kaum Yehuda yang membangun di tembok. Orang-orang yang memikul dan mengangkut melakukan pekerjaannya dengan satu tangan dan dengan tangan yang lain mereka memegang senjata. Setiap orang yang membangun bekerja dengan berikatkan pedang pada pinggangnya, dan di sampingku berdiri peniup sangkakala. Berkatalah aku kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "Pekerjaan ini besar dan luas, dan kita terpencar pada tembok, yang satu jauh dari pada yang lain. Dan kalau kamu mendengar bunyi sangkakala di suatu tempat, berkumpullah ke sana mendapatkan kami. Allah kita akan berperang bagi kita!"
Nehemia adalah pemimpin yang memberi teladan. Bukan hanya pandai meyakinkan orang lain, namun Nehemia juga terjun bersama-sama pengikutnya, menambah kekuatan kepemimpinannya. Nampak jelas di pasal 3, sering kali dulang-ulang kata “berdekatan dengan dia…”, itu menjelaskan bahwa Nehemia berada di antara saat bekerja. Tidak seperti pemuka-pemuka orang Tekoa, Nehemia 3:5 : “dan berdekatan dengan dia orang-orang Tekoa. Hanya pemuka-pemuka mereka tidak mau memberi bahunya untuk pekerjaan tuan mereka.”
Keteladanan Nehemia bukan hanya ditunjukkan dalam pekerjaannya, namun integritasnya sebagai pemimpin. Dia tidak seperti pemimpin pendahulu-pendahulunya yang ambil keuntungan dalam penderitaan sesamanya, Nehemia 5:14 : “Pula sejak aku diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda, yakni dari tahun kedua puluh sampai tahun ketiga puluh dua pemerintahan Artahsasta jadi dua belas tahun lamanya, aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak bupati.”
Nehemia adalah pemimpin yang intim dengan Tuhan. Tuhan menjadi rekan kerjanya dalam pembangunan tembok Yerusalem ini. Tiada henti, Alkitab mencatat, Nehemia berbicara kepada Tuhan. Baik untuk memutuskan menghadapi musuh, Nehemia 4:4-5 : “Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa kepala mereka sendiri dan serahkanlah mereka menjadi jarahan di tanah tempat tawanan. Jangan Kaututupi kesalahan mereka, dan dosa mereka jangan Kauhapus dari hadapan-Mu, karena mereka menyakiti hati-Mu dengan sikap mereka terhadap orang-orang yang sedang membangun.”
Keintimannya dengan Tuhan berguna baginya saat menghadapi ketakutan dan kecemasan dari musuhnya, dengan kebiasaan berdoa ada kekuatan, Nehemia 4:9 : “Tetapi kami berdoa kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan malam karena sikap mereka.”
Nehemia adalah memimpin dengan pengaruh. Pemimpin yang berpengaruh akan teruji, saat pengikutnya dalam posisi terancam, capek secara fisik, masihkah mereka mau mengikuti kita ? Nehemia sudah membuktikannya. Mereka sangat lelah, karena terus bekerja, bayangkan dalam waktu 52 hari tembok Yerusalem, yang seharusnya tahunan baru dapat selesai berdiri, tentu mereka semua capek. Ketika itu juga kondisi mereka tegang, karena mereka terancam untuk diserang musuh disekelilingnya, yang sudah jelas memiliki kekuatan yang lebih menang dari mereka. Saat itulah Nehemia tetap meminta pengikutnya untuk tetap melanjutkan pekerjaan, bahkan mereka ditambah dengan tugas menjadi tameng manusia, namun mereka melakukannya tanpa mengeluh. Nehemia 4:23 : “Demikianlah aku sendiri, saudara-saudaraku, anak buahku dan para penjaga yang mengikut aku, kami semua tidak sempat menanggalkan pakaian kami. Setiap orang memegang senjata dengan tangan kanan.”
Nehemia adalah pemimpin yang memotivasi. Dia tahu kekuatan motivasi penting dalam memimpin, dan dia tahu kapan perlu untuk melakukan motivasi. Saat kondisi pengikutnya pada level terrendah, dia melakukan motivasi yang baik dan tepat. Baik karena dia lakukan motivasi yang menyandarkan pengikutnya pada tangan kuasa Allah, tepat karena Nehemia memotivasi ketakutan yang sedang mereka alami. Nehemia 4:14 : “Kuamati semuanya, lalu bangun berdiri dan berkata kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu."
Nehemia adalah pemimpin yang berkorban. Ada rahasia dibalik keberhasilan Nehemia sebagai pemimpin yang berkorban. Pertama, dia tidak bisa senang kalau pengikutnya masih menderita. Itulah alasannya mengapa dia tidak mau mengambil hak jabatan bupatinya, memungut pajak, karena pengikutnya masih dalam kondisi miskin. Kedua, dia takut akan Allah. Walau tidak melanggar hukum saat itu untuk Nehemia mengambil haknya, namun dia tidak lakukan, karena dia tahu itu tidak diperkenankan Tuhan. Dia lebih berpikir besar dan luas, tidak picik dan sempit. Dia lebih memikirkan pekerjaan Tuhan dari pada pekerjaan proyek sesaat. Nehemia 5:14-15 : “Pula sejak aku diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda, yakni dari tahun kedua puluh sampai tahun ketiga puluh dua pemerintahan Artahsasta jadi dua belas tahun lamanya, aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak bupati. Tetapi para bupati yang sebelumnya, yang mendahului aku, sangat memberatkan beban rakyat. Bupati-bupati itu mengambil dari mereka empat puluh syikal perak sehari untuk bahan makanan dan anggur. Bahkan anak buah mereka merajalela atas rakyat. Tetapi aku tidak berbuat demikian karena takut akan Allah.”
Nehemia adalah pemimpin yang konsisten. Selain sikap positif, konsistensi diperlukan untuk membungkam faktor luar yang ingin membuat visi kita gagal. Karena begitu kuatnya konsistensinya Nehemia, maka visinya semakin kuat diterpa badai apapun. Sanbalat cs, walau harus berulang-ulang kali menjatuhkan visi Nehemia, tidak ampuh untuk mengagalkannya. Satu alasan saja, karena Nehemia memiliki konsistensi yang tinggi. Nehemia 6:4-5 : “Sampai empat kali mereka mengirim pesan semacam itu kepadaku dan setiap kali aku berikan jawaban yang sama kepada mereka. Lalu dengan cara yang sama untuk kelima kalinya Sanbalat mengirim seorang anak buahnya kepadaku yang membawa surat yang terbuka.”
Nehemia adalah pemimpin yang gigih. Hasil konspirasi Tobia dan Semaya bin Delaya bin Mehetabeel, menguji kegigihan Nehemia. Semaya menawarkan Nehemia untuk menyerah, dan aman berlindung dalam Bait Allah. Nehemia menolak, bukan karena tahu konspirasi ini. Namun kegigihannyalah yang membuat dia sulit untuk menyerah kalah, dan meninggalkan semua pekerjaan pembangunan tembok Yerusalem ini, dan menguburkan dalam-dalam semua visinya. Tidak, Nehemia tidak melakukannya itu, jelas dikatakan di Nehemia 6:10-11 : “Ketika aku pergi ke rumah Semaya bin Delaya bin Mehetabeel, sebab ia berhalangan datang, berkatalah ia: "Biarlah kita bertemu di rumah Allah, di dalam Bait Suci, dan mengunci pintu-pintunya, karena ada orang yang mau datang membunuh engkau, ya, malam ini mereka mau datang membunuh engkau." Tetapi kataku: "Orang manakah seperti aku ini yang akan melarikan diri? Orang manakah seperti aku ini dapat memasuki Bait Suci dan tinggal hidup? Aku tidak pergi!".
Nehemia adalah pemimpin yang mewariskan pemimpin. Saat selesai tembok Yerusalem berdiri. Dia tidak hanya larut dalam sukacita dan kebanggan pribadi. Apa yang dia lakukan ? Dia menunjuk Hanani sebagai pengawas Yerusalem. Hanani betul saudaranya Nehemia, namun bukanlah nepotisme, Nehemia memberikan alasan mengapa dia memilih Hanani. Karena Hanani adalah orang yang dapat dipercaya, selain itu dia adalah orang yang takut akan Allah, lebih dari orang lain pada waktu itu. Nehemia 7:2 : “Pengawasan atas Yerusalem aku serahkan kepada Hanani, saudaraku, dan kepada Hananya, panglima benteng, karena dia seorang yang dapat dipercaya dan yang takut akan Allah lebih dari pada orang-orang lain.”
Nehemia adalah pemimpin yang bisa memanage. Selain bisa merencanakan proyek pembangunan tembok (planning), dia juga terbukti seorang organize yang baik. Tidak dipungkiri dia bisa menjalankan apa yang dia rencanakan (actuate). Dan yang tak kalah penting, dia bisa mengontrol. Dia lakukan ini saat tembok Yerusalem sudah berdiri dengan memberikan pengontrolan yang tercatat di Nehemia 7:3 : “Berkatalah aku kepada mereka: "Pintu-pintu gerbang Yerusalem jangan dibuka sampai matahari panas terik. Dan pintu-pintunya harus ditutup dan dipalangi, sementara orang masih bertugas di tempatnya. Tempatkanlah penjaga-penjaga dari antara penduduk Yerusalem, masing-masing pada tempat-tempat penjagaan dan di depan rumahnya."
Nehemia adalah pemimpin yang menghargai. Godaan terbesar pemimpin untuk mengabaikan dan melupakan jerih lelah pengikutnya, saat keberhasilan sudah ada di tangannya. Nehemia tidaklah demikian, contoh penghargaan yang dia berikan kepada pengikutnya, dengan merayakan “keberhasilan” bersama-sama. Semua orang tanpa terkecuali merayakan kemenangan ini bersama. Ini membuktikan bahwa Nehemia sangat menghargai pengikutnya atas keberhasilan tembok Yerusalem tersebut. Nehemia 12:27 : “Pada pentahbisan tembok Yerusalem orang-orang Lewi dipanggil dari segala tempat mereka dan dibawa ke Yerusalem untuk mengadakan pentahbisan yang meriah dengan ucapan syukur dan kidung, dengan ceracap, gambus dan kecapi.”




Keberhasilan yang Dicapai
Seperti yang saya gambarkan keadaan waktu itu (sub bidang yang di tangani di awal makalah), tidaklah mudah bagi Nehemia untuk berhasil. Ditambah dengan keterbatasan dirinya. Menurut John Maxwell, Nehemia bukanlah nabi yang hidupnya penuh dengan mujizat, tidak ada yang kesembuhan ilahi, apalagi orang mati yang dibangkitkan. Namun Allah memberinya anugerah, kekuatan dan hikmat di sepanjang perjalanan hidupnya. Di bawah kepemimpinan Nehemia, orang Yahudi mendapatkan ijin raja untuk membangun kembali tembok Yerusalem yang hancur. Nehemia juga bisa menyatukan kembali sumber daya orang Yahudi pada waktu itu, untuk bersatu bahu-membahu membangun kota mereka. Mengidentifikasikan kekuatan atau talenta yang dimiliki setiap pekerja dan mengangkat mereka di posisi yang tepat. Tidak kalah pentingnya, karena kepemimpinannya, mereka bisa menang atas kritikan negatif yang menjatuhkan dari pihak oposisi. Dia juga berhasil memperkerjakan orang sampai proyek pembangunan tembok Yerusalem itu berdiri, dan tidak hanya itu, dia berhasil mencetak rekor pembangunan tembok yang super cepat, hanya 52 hari.
Kekuatan Nehemia
Ada 3 kekuatan yang menonjol di kepemimpinan Nehemia. Pertama, Nehemia mempunyai visi yang kuat dan memberikan arahan (navigasi) bagi pengikutnya. Tentu visi yang tanpa navigasi akan cepat layu di tengah jalan dan atau berjalan di rel yang keliru. Menurut John Maxwell, dalam bukunya “The Maxwell Leadership Bible”, Nehemia memiliki visi yang tidak pada umumnya; dia melihat jauh dari orang-orang pada jamannya (dia bisa melihat walau dia hidup ratusan kilo meter dari Yerusalem), dia melihat lebih dalam/terinci dari orang lain (sebelum meninggalkan istana, dia membutuhkan surat kuasa raja), dia juga bisa melihat sebelum orang lain memahaminya (pada saat orang-orang dalam ketakutan, dia bisa merumuskan strategi baru).
Selain itu, sebelum proses pembangunan berlangsung, Nehemia juga menyiapkan waktu bagi kesiapan dirinya dan pengikutnya; dia susun permasalahan-permasalahn yang akan timbul (Neh 1:2-4), dia habiskan waktu berdoa (Neh 1:4-11), dia melobi orang-orang kunci (Neh 2:1-9), dia mengamati keadaan (Neh 2:11-15), dia bertemu dengan pengikutnya dan menjabarkan visinya (Neh 2:16,17), dia memotivasi dengan mengingatkan kembali kejayaan masa lalu (Neh 2:8), dia mengatur orang-orang untuk bergerak (Neh 3:1-32).
Nehemia memiliki visi yang terealisasi.
Kedua, Nehemia berinisiatif kuat. Kepeduliannya menumbuhkan benih inisiatif. Inisiatifnya tampak jelas; dia mulai mendoakan permasalah Yerusalem, membuat rencana pembangunan tembok Yerusalem, membujuk orang-orang untuk bergerak, mengejar hasilnya.
Ketiga, Nehemia berhasil mendorong orang lain untuk tetap bertindak. Adapun rahasia keberhasilannya itu disebabkan oleh :
1. Nehemia punya pengaruh ( Neh 2:5-8, 16-18)
2. Nehemia pemimpin yang efektif dalam komunikasi (Neh 2:17, 18)
3. Nehemia mempercayakan kemampuan orang lain (Neh 3:1-32)
4. Nehemia bersedia dibantu orang lain (Neh 3:1-32, 13:13)
5. Nehemia cepat menyelesaikan masalah (Neh 4:7-23)
6. Nehemia berintegritas (Neh 5:14-19)
7. Nehemia bertanggung jawab atas proyek (Neh 6:1-14)
Kelemahan Nehemia
Nehemia hampir bisa dikatakan tidak memiliki kelemahan yang tercatat di dalam Alkitab. Di pasal terakhir dari kitab Nehemia ini, ada beberapa catatan “ketidakberhasilan Nehemia” secara utuh dalam kepemimpinannya :
1. Nehemia tidak berhasil membawa orang-orang hidup benar dihadapan Tuhan setelah terbangunnya tembok Yerusalem :
Mereka tidak menghargai hari Sabat
Nehemia 13:15 : “Pada masa itu kulihat di Yehuda orang-orang mengirik memeras anggur pada hari Sabat, pula orang-orang yang membawa berkas-berkas gandum dan memuatnya di atas keledai, juga anggur, buah anggur dan buah ara dan pelbagai muatan yang mereka bawa ke Yerusalem pada hari Sabat. Aku memperingatkan mereka ketika mereka menjual bahan-bahan makanan.”
Mereka melakukan kawin campur
Nehemia 13:23-24 : “Pada masa itu juga kulihat bahwa beberapa orang Yahudi memperisteri perempuan-perempuan Asdod, perempuan-perempuan Amon atau perempuan-perempuan Moab. Sebagian dari anak-anak mereka berbicara bahasa Asdod atau bahasa bangsa lain itu dan tidak tahu berbicara bahasa Yahudi.”
2. Nehemia tidak memperhatikan dengan baik tongkat estafet kepemimpinan rohani, sedetail kepemimpinan non rohani (saat dia akan meninggalkan Yerusalem untuk sementara waktu).
Nehemia lupa mempersiapkan orang yang saleh secara rohani, hidup benar dan menjadi teladan, guna mendorong orang-orang Yahudi untuk hidup benar di hadapan Tuhan. Dia hanya mempersiapkan yang kasat mata dan rutinitas ibadah saja.
Nehemia 44-47 : “Pada masa itu beberapa orang diangkat untuk mengawasi bilik-bilik perbendaharaan, bilik-bilik untuk persembahan khusus, untuk hasil pertama dan untuk persembahan persepuluhan, supaya sumbangan yang menurut hukum menjadi bagian para imam dan orang-orang Lewi dikumpulkan di bilik-bilik itu sesuai dengan ladang setiap kota. Sebab Yehuda bersukacita karena para imam dan orang-orang Lewi yang bertugas. Karena merekalah yang melakukan tugas pelayanan bagi Allah mereka dan tugas pentahiran, demikian juga para penyanyi dan para penunggu pintu gerbang, sesuai dengan perintah Daud dan Salomo, anaknya. Karena sudah sejak dahulu, pada zaman Daud dan Asaf, ada pemimpin-pemimpin penyanyi, ada nyanyian pujian dan nyanyian syukur bagi Allah. Pada zaman Zerubabel dan Nehemia semua orang Israel memberikan sumbangan bagi para penyanyi dan para penunggu pintu gerbang sekadar yang perlu tiap-tiap hari dan mempersembahkan persembahan kudus kepada orang-orang Lewi. Dan orang-orang Lewi mempersembahkan persembahan kudus kepada anak-anak Harun.”
Nehemia menyadari itu setelah kepulangannya dari menghadao raja, sehingga ia memilih beberapa orang yang setia.
Nehemia 13:13 : “Sebagai pengawas-pengawas perbendaharaan kuangkat imam Selemya dan Zadok, seorang ahli kitab, dan Pedaya, seorang Lewi, sedang Hanan bin Zakur bin Matanya diperbantukan kepada mereka, karena orang-orang itu dianggap setia. Mereka diserahi tugas untuk mengurus pembagian kepada saudara-saudara mereka.”
3. Nehemia panik, dan lupa minta petunjuk kepada Tuhan
Sangat berbeda dengan Ezra (bandingkan Ezra 9), saat kepulangannya dari raja, Nehemia tidak tampak berdoa, menangis dan meminta petunjuk Tuhan dalam menghadapi keliaran orang-orang Yahudi. Bahkan dengan “tangan besi”, dia menghukum pelanggar-pelanggar hokum Allah, tanpa minta persetujuan Tuhan.
Nehemia 13:8 : “Aku menjadi sangat kesal, lalu kulempar semua perabot rumah Tobia ke luar bilik itu.”
Nehemia 13:25 : “Aku menyesali mereka, kukutuki mereka, dan beberapa orang di antara mereka kupukuli dan kucabut rambutnya dan kusuruh mereka bersumpah demi Allah, demikian: "Jangan sekali-kali kamu serahkan anak-anak perempuanmu kepada anak-anak lelaki mereka, atau mengambil anak-anak perempuan mereka sebagai isteri untuk anak-anak lelakimu atau untuk dirimu sendiri!”
Nehemia 13:28 : “Seorang dari anak-anak Yoyada bin Elyasib, imam besar itu, adalah menantu Sanbalat, orang Horoni itu. Oleh sebab itu kuusir dia dari padaku.”

Kitab ini sudah sangat baik buat para pemimpin yang ingin berhasil dan efektif dalam kepemimpinannya. Nehemia, walau tanpa mujizat selama hidupnya, bisa dipakai Tuhan untuk memberikan kita inspirasi kepemimpinan yang berdampak.

6 comments:

Unknown said...

pemimpin yang patut unruk dicontoh
luar biasa :)

Unknown said...

Thank's atas tulisanya Mari kita sperti Nehemia menjadi peminpin di tengah keluarga dan di tengah apapun itu pekerjaan dan tanggung jawab yg Tuhan berikan kepada kita jgn spt Sanballat, Tobia,dan Gesem yg membuat kesepakatan yg licik utk menjatuhkan Nehemia, hampir mirip dgn situasi negeri ini, ada yg hendak membangun kesepakatan yg tak baik krn haus kekuasaan.

MR LODWYK Is... said...

Pemimpin yang punya Visi yang kuat, berani mengambil keputusan, dan teliti dan tegas

Anonymous said...

Pekerjaan nehemia apa?

NATHANAEL CHRISTIAN PUTRA said...

Gatau ya

Unknown said...

Juru minuman ,itulah pekerjaannya