Anda diciptakan sama,namun anda diselamatkan untuk menjadi "BERBEDA"

18 September 2008

FUNGSI TEOLOGI DALAM PEMBERITAAN INJIL

BAB I PENDAHULUAN
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Matius 28:19-20

Ada 7 sifat yang terdapat di dalam Amanat Agung di atas :
1.Amanat agung bersifat surpraalamiah, karena disampaikan oleh Yesus yang sudah bangkit
2.Amanat agung bersifat otoritas, karena ini adalah amanat dan hal pengutusan
3.Amanat agung bersifat positif, karena perintah untuk pergi mencari jiwa bukan mengundang orang lain
4.Amanat agung bersifat universal, karena diberitakan kepada siapapun, di manapun, tanpa batas
5.Amanat agung bersifat gerejawi (ekklesiastik), artinya berita injil guna membentuk jemaat (gereja)
6.Amanat agung bersifat doktrinal, artinya mengajarkan mereka akan kebenaran Allah
7.Amanat agung bersifat kekekalan, artinya dilakukan hingga akhir zaman

Sebelum Amanat Agung, terjadi kematian satu orang, yaitu Anak Allah yang tunggal; setelah Amanat Agung, terjadi kematian syahid dari orang-orang yang mencintai Yesus Kristus. Sebelum Amanat Agung, Bapa mengirim Anak-Nya; setelah Amanat Agung, Anak mengirim gereja. Sebelum Amanat Agung, darah Yesus yang dialirkan; sesudah Amanat Agung, darah orang-orang yang mencintai Tuhan dan menyerahkan diri menjadi sukarelawan-sukarelawati Injil dialirkan. Sebelum Yesus Kristus memberikan Amanat Agung, ada kematian dan kebangkitan-Nya; setelah Amanat Agung, ada kuasa kematian dan kebangkitan Yesus yang mempersiapkan, melengkapi, dan memberikan kuasa kepada gereja. Sebelum Amanat Agung ada Roh Allah, Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal yang berada secara tidak terbatas di atas pribadi Kristus; sesudah Amanat Agung ada Roh Allah, Roh yang sama mendampingi, menguasai, memenuhi, mengurapi, dan mengirim mereka menjadi utusan Injil ke mana-mana. Puji Tuhan! Sesudah Roh Kudus bekerja, David Livingstone dan Moffat pergi ke Afrika; C.T. Studd, Hudson Taylor, dan Richard Timothy pergi ke Tiongkok; Judson pergi ke Birma; dan Nommensen pergi ke Tapanuli.
BAB II POKOK-POKOK TEOLOGI SISTEMATIKA
Injil adalah satu-satunya kabar baik dari Tuhan Allah, yang ditujukan bagi orang berdosa, bahwa Kristus yang diutus oleh Allah sudah mati dan sudah bangkit menjadi Penebus orang berdosa. Dia mati karena dosa kita masing-masing, dan Dia bangkit dengan tujuan memberikan kebenaran Allah kepada kita, yang datang kepadaNya.
Mengabarkan Injil bukan satu gerakan menambah anggota gereja, bukan suatu pidato mengenai keagamaan. Mengabarkan Injil merupakan peperangan yang membawa manusia keluar dari tangan setan masuk ke dalam tangan Allah.
Oleh karena itu, sangat mustahil, Pekabar Injil bisa memenangkan jiwa manusia bagi Kristus, tanpa mengenal kebenaran pokok tentang Dosa, Kristus dan Keselamatan.
Ketidaktaatan Adam dan Hawa memasukkan dosa ke dalam dunia umat manusia. Hal ini berarti manusia menjadi cemar dan memiliki natura dosa dalam dirinya. Semua umat manusia berpartisipasi dalam dosa Adam (Roma 5:12). Sebagaimana Lewi (meskipun belum dilahirkan) membayar persepuluhan kepada Melkisedek melalui Abraham di mana Lewi telah “hadir sebelumnya” di dalam Abraham (Ibr 7:9-10), dengan cara yang sama, semua manusia telah “secara keturunan hadir” dalam Adam pada waktu Adam berdosa dan karena itu semua manusia berperan serta dalam dosa itu. Allah menyatakan semua manusia bersalah karena semua manusia adalah bersalah.
Oleh karena itulah Kristus Yesus mati. Arti dasar dari kematian Kristus adalah karakter subtitusionarinya. Ia mati menggantikan orang berdosa sehingga Ia dapat membeli kebebasan bagi mereka (penebusan), memulihkan hubungan mereka dengan Allah (perdamaian), dan dengan itu memuaskan tuntunan kebenaran dari Allah yang suci (pengampunan dan justifikasi).
Atas dasar inilah dapat mendeklarasikan orang berdosa yang percaya sebagai orang benar dan menerima mereka dalam persekutuan tanpa ada kompromi dari pihak-Nya. Semua dosa orang percaya ditanggung oleh Kristus, yang sepenuhnya menebus mereka dan membayar untuk mereka melalui kematian-Nya.
Bagian tanggung jawab kita, adalah memiliki iman dalam Kristus. Ada 3 unsur; pengetahuan (tahu tentang kebenaran Kristus yang menyelamatkan), keyakinan (secara emosi yakin dalam kebenaran itu) dan percaya.
Memang ada tanggung jawab manusia dalam keselamatan, namun ada sisi Ilahi untuk keselamatan di mana tindakan Allah yang berdaulat menjamin keselamatan orang berdosa. Dalam kedaulatan kehendak-Nya yang baik, dan tidak berdasar pada usaha manusia, Allah memilih sejumlah orang untuk menjadi penerima anugerah khusus dan keselamatan kekal. Bahkan pilihannya sejak kekekalan (predestinasi). Lalu orang percaya diadopsi atau menempatkan sebagai anak, kehilangan hak lama, mendapat hak baru dalam Kristus dan menjadi ahli waris-Nya.
Kitab suci juga membahas regenerasi sebagai pemberian kehidupan baru kepada orang percaya. Hal ini terjadi secara instant, saat Roh Kudus memberikan hidup baru. Dan bukan hasil dari usaha manusia. Saat itu orang percaya menerima natur yang baru, yakni natur ilahi. Hidup yang baru, artinya memiliki pikiran, hati, kehendak yang baru.
Orang percaya akan menerima jaminan dari Allah Bapa, karena Bapa telah memilih mereka untuk keselamatan kekal. Putra Allah juga memberikan jaminan, telah menebus, mengangkat murka Allah, membenarkan orang percaya, memberikan pengampunan, dan menguduskan orang percaya. Ia terus menjadi Pembela dan Pengantara. Roh Kudus memberikan jaminan penyertaan selama-lamanya dalam orang percaya. Memetaraikan orang percaya, menjamin warisan kita di masa depan.
BAB III STRATEGI DAN METODE PI
Rick Warren berkata : “Allah telah memberikan Anda sebuah pesan kehidupan untuk dibagikan.” Setelah Yesus naik ke Sorga, Allah berbicara kepada dunia melalui diri kita. Ada 4 pesan kehidupan kita yang harus kita bagikan, yakni :
1.Kesaksian kita : kisah tentang bagaimana kita memulai hubungan dengan Yesus
2.Pelajaran-pelajaran kehidupan kita : pelajaran-pelajaran terpenting yang Allah sudah ajarkan kepada kita
3.Kerinduan ilahi kita : hal-hal yang harus kita beri perhatian utama karena untuk itulah Allah membentuk kita (penganiayaan, kecanduan, kemandulan, depresi, penyakit atau kesulitan lainnya)
4.Kabar baik : berita mengenai keselamatan
Berikut ini, kita akan mengenal dua metode atau srategi pengabaran Injil, yang sederhana dan menyatu dengan kehidupan seharian kita.
Metode mengakabarkan Injil – secara pribadi (MIP)
Prinsipnya orang lain harus didekatkan sesuai dengan kepribadiannya. Manusia tidak sanggup memahami setiap pribadi (kecerdasan, perasaan dan kemauan), selain dari pertolongan dari Allah.
Namun ada sifat-sifat tertentu yang umum pada semua orang. “Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu' (Amsal 27:19). Dengan kata lain, kita sering melihat diri kita sendiri tercermin dalam diri sesama kita. Sering reaksi kita sama dengan reaksi mereka, dan perasaan kita sama dengan perasaan mereka. Maka dalam melakukan pendekatan kepada mereka, kita dapat mempertimbangkan reaksi dan perasaan mereka dengan menempatkan diri kita pada posisi mereka sebagai pendengar berita Injil. Dalam menjalankan MIP kita harus selalu memakai metode yang sesuai dengan kepribadian kita sendiri dan juga dengan kepribadian orang yang kita injili. Janganlah meniru metode orang lain kalau itu membuat kita canggung dan kikuk.
Tanggung jawab umum dari pemberita Injil adalah :
- Berdoa baginya
- Jadilah teladan
- Jadilah sahabatnya
- Bersaksi tentang apa yang Kristus perbuat bagi saya
Kalau kesempatan itu sudah tiba, beberapa petunjuk pembimbing bisa dijadikan sebagai pedoman.
A.Carilah tempat dan waktu yang tenang untuk bicara
Hindarilah hal-hal yang dapat mengganggu pembicaraan itu.
B.Sediakan Alkitab
Alkitab mutlak harus ada, guna memungkinkan kita dapat bersama-sama melihat
ayat-ayat inti. Dari awal pembicaraan harus jelas, bahwa berita yang kita
sampaikan bukan dari diri kita sendiri, melainkan Firman yang berasal dari Tuhan.
Tujuan kita ialah, supaya Tuhan sendiri yang berbicara kepada sahabat itu dengan
perantaraan Firman-Nya.
C.Berita jelas dan sederhana
Sebisa-bisa mungkin pemberitaan kita jelas, sederhana dan mudah dipahami. Mungkin
sang sahabat sedang menghadapi suatu soal atau kesukaran. Kita tidak boleh masa
bodoh terhadap hal itu. Kita harus turut prihatin merasakannya. Namun kita harus
berusaha supaya tidak menyimpang dari pokok berita yang kita sampaikan. Kita
harus terus melanjutkan percakapan tentang Kristus dan kebutuhan kita akan Dia.
D.Lugas dan sopan
Jangan lupa, seorang yang belum percaya masih 'buta'. Adalah suatu kebodohan
kalau kita kehilangan kesabaran karena ia 'buta' sehingga tidak dapat melihat.
Baiklah kita berusaha tidak marah. Juga menghindari perdebatan apalagi
perbantahan. Kalau dia tak dapat atau sukar mengerti apalagi setuju, bahkan kalau
nampak ia tidak sungguh- sungguh mencari Tuhan, baiklah dulu menghentikan
percakapan itu. Dalam hal demikian kita dituntut berdoa lebih banyak, sambil
menunggu kesempatan untuk bersaksi lagi.
E.Kesaksian pribadi menopang dan menghidupkan pemberitaan
Kita dipanggil bukan melulu hanya untuk menjelaskan siapa Kristus, apa yang telah
dikerjakan Kristus dan apa yang dapat diperbuat-Nya untuk sahabat kita. Tapi kita
juga wajib memberikan kesaksian kita pribadi tentang pengalaman kita sendiri
dengan Kristus.
F.Tetap memandang kepada Tuhan selama percakapan
Hanya Roh Kudus-lah yang dapat membuka mata hati orang yang belum percaya.
Kiranya Tuhan berkenan menggunakan kata-kata kita membuka mata. rohani orang itu,
dan baiklah kita ingat bahwa kita adalah alat Tuhan. Tuhan sendirilah yang dapat
membuka mata hati orang yang “buta” itu.

Ada banyak cara untuk memberitakan Injil. Namun perlu kita sadari, bahwa masalah orang-orang yang membutuhkan berita Injil adalah bermacam-macam. Kepribadian mereka juga bermacam-macam. Karena itu pola pengabaran Injil harus lugas dan bervariasi, tidak boleh kaku dan terpaku pada satu metode.
Sekalipun demikian kita akan tertolong bila mengingat, bahwa orang yang mau datang kepada Kristus pada dasarnya menempuh tahapan-tahapan seperti dikemukakan di bawah ini. Juga penting sekali mengingat beberapa ayat yang terkait dengan tahapan-tahapan itu:
1.Sesuatu untuk diakui.
2.Sesuatu untuk dipercayai.
3.Sesuatu untuk dipertimbangkan.
4.Sesuatu untuk diperbuat.
A.Sesuatu untuk diakui: bahwa kita adalah orang berdosa dan memerlukan penyelamatan
Menurut Firman Allah, kita adalah orang-orang yang:
1. Berdosa.
Alkitab memberi arti negatif, “dosa” adalah kegagalan (Roma 3:22,23), dan “dosa” adalah pemberontakan melawan Tuhan dan kekuasaan-Nya (1Yohanes 3:4; bnd Matius 22:36-40).
2. Bersalah.
Dosa-dosa kita mengakibatkan kita jatuh di bawah pengadilan Allah yang adil, dan menjauhkan kita dari Dia (Yesaya 59:1,2; Filemon 6:23).
3. Tak berdaya.
Kita tak berdaya untuk menyelamatkan diri kita sendiri. Apa pun usaha kita, dan betapa kerasnya pun kita berusaha, kita pasti gagal; kebenaran dan kesalehan kita tidak bersih di mata Allah Yang Mahakudus (Yesaya 64:6). Karena itu tak seorang pun dapat selamat oleh perbuatan baiknya (Efesus 2:8,9). Justru kita
memerlukan juruselamat.
B.Sesuatu untuk dipercayai: Yesus Kristus datang dan mati untuk menjadi Juruselamat kita
Orang bisa saja mengakui bahwa dia membutuhkan juruselamat. Tapi pengakuan itu belum cukup. Dia harus percaya bahwa Yesus ialah Juruselamat satu-satunya yang dia perlukan. Kemampuan Yesus menyelamatkan baru jelas bila seorang mengerti siapa Dia dan apa yang telah Dia perbuat.
1.Yesus adalah Tuhan dan manusia sekaligus (1Timotius 2:5,6).
2.Yesus telah mati untuk dosa-dosa kita (Yesaya 53:5,6;
1Petrus 2:24; 3:18).
C.Sesuatu untuk dipertimbangkan: Kristus bukan hanya Juruselamat kita, tapi juga Tuhan kita
Orang Kristen menyerah tanpa syarat kepada Kristus, sesuai dengan kepribadian Kristus. Artinya, kita tidak boleh mengambil dan memilih hanya segi-segi tertentu saja dari Kristus, dan menyerahkan diri hanya pada segi-segi tertentu itu karena kebetulan cocok dengan selera kita sendiri. Itu sama sekali tidak boleh, karena Yesus adalah Juruselamat sekaligus Tuhan dan Raja, yang tuntutan dan kedaulatan-Nya mutlak atas hidup kita seutuhnya.
Penyerahan yang benar dan sungguh, mustahil tanpa:
1. Pertobatan.
Kita harus berbalik dari dosa-dosa lama maupun dari dosa-dosa kini yang biasa
kita lakukan (Kisah Para Rasul 3:19).
2. Penyerahan diri.
Kita harus menyerahkan diri kepada kuasa Kristus untuk hidup kita selanjutnya
(Markus 8:34; Yohanes 13:13; Lukas 14:25-35).
D.Sesuatu untuk diperbuat: menyerahkan diri kita kepada Kristus sebagai Juruselamat pribadi dan Tuhan
Penyerahan diri meliputi baik mempercayai Kristus dan mempercayakan diri kepada Dia sebagai Juruselamat, sekaligus pasrah berserah kepada Dia dan mematuhi-Nya selaku Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru, “penyerahan diri” diuraikan dalam dua sisi:
1. 'Datang' kepada Kristus, supaya Dia menerima kita (Matius 11:28; Yohanes 6:37).
2. 'Menerima' Kristus, supaya Dia datang kepada kita (Yohanes 1:12; Wahyu 3:20).

Kalau kita yakin bahwa sahabat itu sudah siap untuk bertobat, maka baik sekali mengajak dia berdoa pada saat itu juga. Tapi janganlah memaksa dia mengambil langkah itu. Kalau dia belum yakin, maka bijaksana sekali mempersilakan dia pulang untuk mengambil keputusan sendiri. Jika yang terjadi adalah demikian, mohonlah supaya dia memberitahu bila dia telah mengambil keputusan. Kalau dia berjanji
akan memberitahu kemudian, buatlah perjanjian (sebelum dia pergi) untuk bertemu lagi.
Jim Petersen dan Mike Shamy, perintis pelayanan The Navigator, dalam bukunya Menjadi Garam dan Terang bagi Kalangan Terdekat, memberikan pola hidup agar kita menjadi saksi-Nya.
Pertama, mengambil prakarsa-prakarsa kecil. Dengan memberikan sapaan dan menyebut nama, dari sana kita bisa masuk ke hubungan dan komunikasi yang lebih dalam dengan orang lain.
Kedua, berdoa dan memberi tanggapan. Berdoa bagi lingkungan kita, mengartikan kita berserah kepada Allah dan Allah saja yang memimpin keberhasilan kita. Juga diperlukan ketekunan atas apa yang sudah kita doa-doakan.
Ketiga, melayani orang lain. Kristus akan tampak nyata, saat kita melayani, dengan memenuhi kebutuhan orang lain.
Keempat, mempercakapkan iman. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan tulus, akan mendorong orang lain nyaman berhubungan dengan kita. Lalu kita harus membangkitkan komunikasi yang menyentil keingintahuan teman-teman kita untuk mengenal Allah.
Kelima, bermitra. Kita tidak memiliki waktu dan tenaga seorang diri untuk menangani pekabaran Injil. Kita perlu mitra.
Keenam, membiarkan kitab suci berbicara. Apologetik kita yang paling cemerlang pun pudar dibandingkan dengan kuasa Kitab Suci untuk menghantarkan orang lain untuk beriman kepada Yesus Kristus. Kita perlu banyak waktu merenungkan dan merasakan firman itu di dalam hidup kita.
Ketujuh, membidani kelahiran baru. Kita menjadi perantara untuk seseorang bertobat, bukan tuntutan tanda-tanda lahiriah, yang bisa tidak langgeng.

BAB IV PENGARUH PEMAHAMAN TEOLOGI DALAM KEBERHASILAN PI
Bolehkah orang Kristen penginjili tanpa tahu apa yang diberitakan ? Bolehkah orang yang mengerti teologi tidak pergi memberitakan Injil ?
Inilah fenomena yang alami gereja saat ini, orang hanya mau jadi teolog tanpa mau menginjili atau sebaliknya, mau mengabari Injil tapi tidak mau memahami teologi.
Kita dapat belajar dari teladan Paulus. Dia adalah seorang teolog atau penginjil ? Setelah Paulus menerima wahyu, dia meneliti kebenaran dengan serius, untuk mengenal Kristus dengan sempurna.
Charles R. Swindoll menuliskannya sebagai berikut :
Selama tiga tahun, Saulus tinggal entah di mana di gurun pasir, terputus dari kebiasaan hidupnya yang lama – dalam kesunyian, keheningan, dan dalam keadaan tak dikenal. Lakukan hitung-hitungan dan Anda akan mendapatkan lebih dari 1000 hari yang tak ternilai dalam kehidupan Paulus. Seribu hari lebih kemungkinan besar ia habiskan dengan menyendiri. Sendiri saja. Berpikir. Berdoa. Bergumul. Mendengarkan Tuhan. Saya yakin di sanalah, di tempat tandus di mana ia tak dikenal, Paulus mengembangkan teologinya. Ia bertemu Allah, secara intim dan mendalam. Dengan keheningan dan kesendirian, ia menduga-duga misteri-misteri mengenai kedaulatan Allah, umat pilihan, kerusakan manusia, ketuhanan Kristus, kuasa Kebangkitan yang ajaib, Gereja, dan hal-hal yang menyangkut masa yang akan datang, yang tidak dapat dimengerti. Ini menjadi tiga tahun kursus kilat mengenai doktrin yang benar di mana dari padanya akan mengalir suatu khotbah, pengajaran, dan tulisan seumur hidup.
Paulus juga menginjili dengan dinamis, dengan cara yang sangat fleksibel, dengan tekad yang kuat dan jangkauan yang luas. Jadi penginjilan harus didasarkan pada teologi, dan teologi harus berdasarkan wahyu Allah dalam Alkitab.
Seringkali kegagalan penginjilan terjadi, apabila :
1.Menganggap Injil adalah agama dan prinsip moral pada umumnya.
2.Tidak melepaskan orang lain dari kerajaan setan.
3.Hanya memberitakan, bukan memuridkan

Hugh Thomas Kerr mengatakan: "Kita diutus bukan untuk memberitakan sosiologi tetapi keselamatan; bukan untuk perbaikan tetapi penebusan; bukan demi kebudayaan baru tetapi pertobatan; bukan demi sistem sosial yang baru tetapi kelahiran baru. Oleh sebab itu dalam penginjilan kita harus berusaha membawa orang lain menjadi murid Tuhan, jangan merasa puas dengan hanya memberitakan injil. Kita harus belajar seperti Paulus yang tidak saja memberitakan injil, tetapi juga membawa orang lain percaya kepada Yesus Kristus dan menggabungkan diri dalam gereja serta mendirikan gereja baru.

BAB V KESIMPULAN
Berita Injil adalah tugas dan gaya hidup setiap orang percaya. Berita Injil adalah berita tentang Allah. Agar kita bisa memberitakan tentang Allah yang menyelamatkan, kita perlu memahami tentang Dia, yang telah di wahyu kan dalam Alkitab, atau bahasa akademisnya adalah teologi. Sangatlah sembrono, apabila kita menginjili tanpa membawa kebenaran Allah bagi orang yang kita beritakan. Kasih (empathy), pengertian (understanding), mengandalkan kuasa Roh Kudus adalah 3 kunci rahasia keberhasilan pemberitaan Injil yang kita lakukan.

No comments: